Sabtu, 19 Desember 2015

PARAGRAF (ZULFA)

0

PARAGRAF

Diajukan untuk Tugas Akhir Semester Ganjil :


Dosen Pembimbing :
Haerudin, M.Pd
Disusun Oleh :
Zulfa Alifatunisah       1584202141

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TANGERANG
2015


KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “paragraf’ tepat pada waktu yang telah ditentukan.
            Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah bahasa indonesia. Bahasa indonesia merupakan bahasa nasional yang mana dalam penggunaannya terdapat ragam penulisan, tata cara penulisan, dan ragam tulisan.
            Terimakasih kepada Bapak Harerudin, M.Pd selaku dosen mata kuliah bahasa indonesia dan dosen pembimbing. Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.
            Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karna itu penulis akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

                                                                                                Tangerang, 19 desember 2015
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            Penulis





DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan masalah
1.3  Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2. 1 Hakikat Paragraf
2. 2 Letak Kalimat Topik dalam Paragraf
2. 3 Syarat Paragraf yang Baik
2. 4 Pengembangan Paragraf
2. 5 Jenis-jenis Paragraf
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Satu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengeit dalam kalimat lain yang membentuk paragraf. Paragraf merupakan sanian kecil sebuah karangan yang membangunsatuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai penegcualian karna disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea seperti itu jarang digunakan dalam karya tulis ilmiah.
Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi. Pembicaraan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
 
1.2    Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan paragraf ?
2.      Bagaimana syarat-syarat dalam pembuatan paragraf ?
3.      Bagaimana cara mengembangkan sebuah paragraf ?
4.      Apa jenis-jenis paragraf ?



1.3    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu paragraf
2.      Untuk mengetahui bagaimana syarat-syarat dalam pembuatatn paragraf
3.      Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan sebuah paragraf
4.      Untuk mengetahui jenis-jenis paragraf





























BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Hakikat Paragraf

A.    Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan bagian karangan tulis yang membentuk satu kesatuan pikiran atau ide atau gagasan. Adapun kesatuan pikiran atau ide atau gagasan yang dilisankan disebut paratone atau padu. Jadi paratone dan paragraf sesungguhnya merujuk pada hal sama, yakni kesatuan mengungkapkan pikiran atau ide atau gagasan. Setiap paragraf dan paratone dikenalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok harus dikemas dalam sebuah kalimat, yakni kalimat topik atau kalimat utama.
Paragraf atau alinea juga merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karna dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan.
Dalam istilah komposisi dibedakan dua jenis paragraf, yaitu paragraf merenggang dan paragraf bertakuk. Pembedaan ini didasarkan pada cara penulisan kalimat pertama paragraf yang  bersangkutan dilihat dari letak kalimat terakhir paragraf sebelumnya. Paragraf merenggang ditandai oleh jarak baris yang lebih lebar atau lebih renggang antara kalimat pertama dan kalimat terakhir paragraf sebelumnya. Adapun kalimat pertama pada paragraf bertakkuk ditulis agak menjorok kedalam, sedangkan jarak baris dengan paragraf sebelumnya tetap sama.
Selain dari bentuknya, paragraf dapat juga dilihat sebagai satuan informasi yang memiliki satu gagasan utama sebagai pengendali. Artinya, gagasan utama itu akan menentukan kalimat mana yang dapat dikelompokkan kedalam sebuah paragraf dan informasi mana yang tidak dapat dimasukkan ke dalam paragraf tersebut. Dengan kata lain, gagasan utama dalam sebuah paragraf adalah ringkasan informasi yang dikemukakan di dalam paragraf itu. Konsekuensinya adalah bahwa informasi yang tidak dapat dirangkum oleh gagasan utama itu harus dikeluarkan dari paragraf yang bersangkutan.
Paragraf pada dasarnya adalah miniatur sebuah karangan. Kalau sebuah karangan mempunyai tujuan yang dinyatakan dalam tesis, paragraf mempunyai tujuan yang dinyatakan dalam kalimat topik. Paragraf juga harus mempunyai struktur yang jelas, gagasan utama yang terkandung dalam setiap paragraf juga harus terurai tuntas. Dengan kata lain, proses pembuatan paragraf pun tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan sebuah karangan.
Dalam karangan yang panjang, paragraf mempunyai arti dan fungsi yang penting. Dengan paragraf itu pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu dan sempurna sehingga bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya. Paragraf juga dapat mendinamiskan sebuah karangan sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, energik sehingga pembaca menjadi penuh semangat. Artinya, paragraf mempunyai fungsi strategis dalam menjembatani gagasan penulis dan pembacanya.
Fungsi paragraf :
1.      Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
2.      Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3.      Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
4.      Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.
5.      Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.


B.     Gagasan Utama dalam Kalimat Topik
Orang sering mengacaukan gagasan utama dengan kalimat topik dalam pembicaraan mengenai paragraf. Sebagai pengendali, gagasan utama haruslah ada dalam setiap paragraf yang baik. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan kalimat topik. Meskipun kalimat topik memuat gagasan utama tidak berarti bahwa kalimat topik juga harus ada dalam setiap paragraf. Dengan kata lain, kalimat topik memang menyatakan gagasan utama dalam sebuah paragraf, tetapi tidak semua gagasan utama perlu dituangkan dalam kalimat topik.

2.2  Letak Kalimat Topik dalam Paragraf
Penempatan kalimat topik dalam karangan yang terdiri dari beberapa paragraf dapat dilakukan secara bervariasi. Dengan alasan tertentu ada penulis yang selalu meletakkkan kalimat topik di awal paragraf, di tengah paragraf, atau di akhir paragraf. Bahkan ada yang meletakkannya di awal paragraf kemudian diulangi kembali pada akhir paragraf. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat mengikuti alur penalaran sambil menikmati kesegaran karangan, tidak monoton, dan bersifat alami. Di manapun letak kalimat topik itu, masing-masing mempunyai keunggulannya.
1.      Kalimat topik di awal paragraf
Kalimat topik pada awal paragraf pada umumnya berisi pikiran utama yang bersifat umum. Bagi penulis kalimat topik yang berposisi di awal paragraf berfungsi sebagai pengontrol atau pengendali untuk mengetahui apakah kalimat-kalimat yang akan ditulisnya masih berkaitan dengan kalimat topik atau tidak. Jika tidak, ia harus mengeluarkan kalimat itu dari paragraf yang sedang ditulisnya atau menjadikan kalimat itu hanya sebagai sisipan dalam kalimat lain. Semetara itu, bagi pembaca kalimat topik di awal kalimat amat berguna untuk membantu pemahamannnya terhadap paragraf itu.
Dalam posisi ini, kalimat yang menyatakan gagasan utama dinyatakan lebih dahulu di awal paragraf, kemudian kalimat itu diuraikan, dipertegas, atau dijelaskan oleh kalimat-kalimat berikutnya.
2.      Kalimat topik di akhir paragraf
Dalam posisis akhir ini kalimat topik itu berfungsi memberikan simpulan atau rangkuman atas informasi yang telah disajikan dalam kalimat-kalimat sebelumnya dalam paragraf itu. Dengan demikian paragraf ini menggunakan penalaran induktif.
3.      Kalimat topik di awal dan akhir paragraf
Kalimat topik dalam sebuah paragraf pada hakikatnya hanya satu. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk menegaskan kembali pikiran utama paragraf tersebut. Cara ini biasanya dilakukan apabila informasi yang dikemukakan di dalam paragraf itu amat banyak atau amat rumit. Dengan menyatakan kembali kalimat topik di akhir paragraf, diharapkan informasi-informasi yang rumit dan banyak itu dapat dipahami secara baik oleh pembaca. Namun demikian, penempatan kalimat topik pada awal dan akhir berpengaruh pada penalaran. Kalimat topik pada awal paragraf menimbulkan sifat deduktif, pada akhir menjadikan paragraf bersifat induktif, pada awal dan akhir menjadikan paragraf bersifat deduktif-induktif.
4.      Kalimat topik di tengah paragraf
Paragraf dengan kalimat topik di tengah paragraf, berarti di awali dengan kalimat penjelas dan di akhiri pula dengan kalimat penjelas. Paragraf ini menggunakan pola penalaran induktif-deduktif. Dalam posisi ini kalimat topik berfungsi sebagai transisi antara kalimat-kalimat yang dinyatakan sebelum dan sesudah kalimat topik. Bagian sesudah kalimat topik itu biasanya berupa rincian gambaran dari kalimat topik.

2.3  Syarat Paragraf yang Baik
Ada lima ciri paragraf yang baik. Kelima ciri itu adalah kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan dan konsistensi sudut pandang. Paragraf dapat dikatakan baik apabila kelima ciri itu secara keseluruhan terdapat didalamnya.
1.      Kesatuan paragraf
Untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran. Dalam paragraf mungkin terdapat beberapa gagasan tambahan, tetapi gagasan-gagasan itu harus terfokus pada satu gagasan utama sebagai pengendali. Jika prinsip ini dipenuhi, paragraf itu telah memenuhi ciri kesatuan. Sebaliknya, jika prinsip ini tidak terpenuhi maka paragraf akan rusak kesatuannya.
Kesatuan dalam sebuah paragraf hanya akan terbentuk apabila informasi-informasi dalam paragraf itu tetap dikendalikan oleh gagasan utama. Agar hal itu dapat dicapai, penulis harus senantiasa mengevaluasi apakah kalimat-kalimat yang ditulisnya itu erat hubungannya dengan gagasan utama. Jika ternyata tidak erat hubungannya, kalimat-kalimat itu harus dihilangkan atau disajikan secara khusus, misalnya menjadi sisipan dalam kalimat lain.

2.      Kepaduan
Paragraf dinyatakan padu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang berhubungan logis dan gramatikal. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan stuktur dan makna paragraf. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf menjadi satu padu, utuh, dan kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui repitisi (pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi, dan struktur yang paralel.
a.       Kata kunci dan sinonim
Kepaduan paragraf dapat dibangun dengan tidak mengulang kata atau ungkapan yang sama setiap kali diperlukan. Kata atau ungkapan yang sama itu sesekali dapat disebut kembali dengan menggunakan kata kunci atau dengan menggunakan kata lain yang bersinonim dengan kata atau ungkapan itu. Dengan pengulangan paragraf menjadi padu, utuh, dan kompak.
b.      Kata ganti
Kepaduan dapat dijalin dengan kata ganti, pronominal, atau padanan. Sebuah kata yang telah disebutkan pada kalimat pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali pada kalimat berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti (padanan) dapat pula menggantikan kalimat, paragraf, dan dapat pula menggantikan bab.
c.       Kata transisi
Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkai yang menyatakan adanya hubungan, baik intrakalimat maupun antarkalimat. Melalui penggunaan kata-kata ini, hubungan antara satu gagasan dengan gagasan yang lain dalam sebuah paragraf dapat dinyatakan secara tegas. Kalimat-kalimatnya mungkin sama, tetapi kata transisi tertentu dan susunan tertentu akan mengubah informasi atau gagasan ditampilkan. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu, menyatu dan utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi makna yang dihubungkan.
d.      Struktur paralel
Keparalelan struktur kalimat dapat pula membangun ciri kepaduan kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf. Banyak cara yang dapat digunakan membangun keparalelan struktur ini antara lain, menggunakan bentuk kata kerja yang sama, struktur kalimat yang sama, repitisi atau pengulangan bentk kata (kalimat) yang sama.

3.      Ketuntasan
Paragraf yang baik adalah paragraf yang tuntas. Artinya, didalam paragraf itu telah tercakup semua yang diperlukan untuk mendukung gagasan utama. Ini berarti pula bahwa paragraf yang baik harus telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga pembaca tidak bertanya-tanya tentang maksud penulis dalam paragraf itu.
Ketuntasan paragraf juga dawat diwujudkan dengan mengklasifikasi yaitu, pengelompokan objek secara lengkap dan menyeluruh. Dan juga dengan ketuntasan bahasan yaitu, kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh dan utuh.
4.      Keruntutan
Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan dalam karangan. Gagasan demi gagasan disajikan secara runtut bagaikan air mengalir tidak pernah putus. Ada beberapa mode urutan penyajian informasi dalam paragraf dan tiap-tiap model mempunyai kelebihannya masing-masing. Model-model urutan itu adalah urutan waktu, tempat, urutan dari umum-khusus, khusus-umum, pertanyaan-jawaban, dan sebab-akibat. Karangan yang runtut enak dibaca, dapat dipahami dengan mudah, dan menyenangkan pembacanya.
5.      Konsistensi sudut pandang
Dalam karang-mengarang, konsistensi sudut pandang itu sangat penting artinya. Seorang penulis harus menentukan lebih dahulu sudut pandangnya terhadap calon pembaca agar ia dapat memilih gaya penulisan yang tepat. Paragraf yang baik hendaknya membahas permasalahan yang di utarakannya. Jika sudah dipastikan bahwa pembaca tidak dilibatkan secara eksplisit sebagai mitra tutur, pilihan itu harus dipertahankan hingga akhir karangan.

2.4  Pengembangan paragraf
Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan variatif. Sebuah karangan ilmiah bisa mengambil salah satu medel pengembangan atau bisa pula mengombinasikan beberapa model sekaligus.

1.      Secara alamiah
Pengembangan paragraf secara alamiah ini didasarkan pada urutan ruang dan waktu (kronologis). Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titiki ke titik berikutnya dalam suatu ruang. Adapun urutan waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
2.      Klimaks – Antiklimaks
Paragraf jenis ini lazim digunakan untuk menyajikan sebuah cerita atau konflik. Penulisan diawali dengan pengenalan tokoh, dilanjutkan dengan konflik, mencapai puncak konflik, dan menurun menuju solusi (antiklimaks). Jenis paragraf ini dapat di gunakan untuk menulis sejarah, cerita fiksi (roman, novel, cerita pendek), kisah permusuhan, atau peperangan.
3.      Deduksi dan Induksi
Deduksi adalah proses penalaran dengan menyebutkan gagasan utama yang bersifat umum dan dilanjutkan dengan gagasan-gagasan yang bersifat khusus.
4.      Analogi
Pengembangan paragraf secara analogi lazimnya dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang banyak dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru, sesuatu yang belum banyak dipahami publik. Dengan cara analogi yang demikian itu diharapkan orang akan menjadi lebih mudah memahami dan menangkap maksud dari sesuatu yang hendak disampaikan dalam paragraf itu.
5.      Klasifikasi
Pengembangan dengan cara klasifikasi, maka tipe-tipe yang sifatnya khusus atau spesifik akan dapat di tentukan. Sesuatu yang sifatnya kolosal, sangat besar, sangat umum akan bisa sangat sulit untuk dapat dipahami oleh pembaca jika tidak ditipekan atau diklasifikasikan terlebih dahulu.
6.      Komparati dan kontrastif
Pengembangan komapartif dilakukan dengan cara pembandingan mencermati dimensi-dimensi kesamaannya. Sebaliknya, pembandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi perbedaannya disebut dengan perbandingan kontrastif.
7.      Sebab-Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara ini juga lazim disebut sebagai pengembangan yang sifatnya rasional. Dikatakan demikian karna lazimnya orang berfikir berawal dari sebab-sebab dan bermuara pada akibat-akibat.


2.5  Jenis-jenis Paragraf

A.    Paragraf Bedasarkan urutannya
Sebuah karangan pada umumnya terdiri atas paragraf pembuka atau pengantar, paragraf isi, dan paragraf penutup. Ketiga jenis paragraf tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari stuktur karangan. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh dan terpadu.
1.      Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf yang terletak pada awal karangan. Paragraf ini berfungsi mengantarkan pokok bahasan yang hendak disampaikan pada paragraf berikutnya, yaitu paragraf isi. Paragraf ini mengantar pembaca ke tengah-tengah persoalan yang dikemukakan dengan menjelaskan topik karangan. Oleh karna itu, paragraf pembuka harus menarik minat dan perhatian agar pembaca mengikuti dan membaca seluruh isi karangan.
Paragraf pembuka juga hendaknya dapat menjadi penghubung antara pikiran pembaca dengan topik karangan yang akan disajikan selanjutnya. Jumlah paragraf ini bergantung pada jenis karya tulis yang dibuat. Karya tulis yang mempunyai topik pembahasan yang luas memungkinkan adanya jumlah paragraf pembuka yang lebih banyak dari pada jumlah paragraf pembuka dalam karya tulis yang hanya menyajika satu topik karangan.
2.      Paragraf Isi
Paragraf isi terletak di antara paragraf pembuka dan penutup. Fungsinya adalah untuk mengembangkan pokok persoalan yang telah ditentukan. Di dalam paragraf ini penulis mengemukakan pokok pikirannya dengan cara menerangkan atau mengembangkannya. Pengembangan itu dapat dilakukan dengan cara menganalisis permesalahan yang dikemukakan dan dapat pula dengan memberikan bukti-bukti. Jumlah paragraf isi sebuah karangan disesuaikan dengan ketuntasan pokok pikiran yang dikemukakan.
Di dalam sebuah karangan yang baik paragraf isi saling bertautan dan kalimat pun saling bertalian. Pertautan paragraf itu menghendaki adanya peralihan yang lancar anatara paragraf isi yang satu ke paragraf isi yang lain sehingga penalaran penulis dengan mudah dapat dipahami. Oleh karna itu, paragraf ini haruslah ditulis secara runtut dan kronologis agar mudah dipahami pembaca.
3.      Paragraf penutup
Paragraf penutup berfungsi mengakhiri atau menutup karangan. Paragraf ini terletak pada bagian akhir suatu karangan atau karya tulis. Fungsinya menekankan pokok-pokok pikiran yang harus diingat pembaca, memberi saran terakhir, harapan, acuan, dan ajakan. Oleh karna itu, isi paragraf ini dapat berupa simpulan atau rangkuman yang menandai berakhirnya suatu pembahasan. Sebagai pebutup karangan atau tulisan paragraf ini sangat penting karna tanpa paragraf ini mungkin pembaca akan mengalami kesulitan dalam memahami apakah karya tulis itu sudah selesai atau belum.

B.     Paragraf Bersarkan Pola Penalarannya
1.      Paragraf deduktif
Paragraf deduktif dimulai dari pernyataan yang umum ke yang khusus. Paragraf deduktif menampilkan kalimat utama atau kalimat topik pada awal paragraf, kemudian kalimat utama itu diikuti oleh kalimat-kalimat lain sebagai pengembangannya. Kalimat-kalimat ini berfungsi mengembangkan atau memperjelas kalimat utama.
2.      Paragraf Induktif
Kalimat utama dalam paragraf induktif ditempatkan pada akhir paragraf. Dengan demikian, struktur paragraf ini dimulai dengan beberapa kalimat penjelas lebih dahulu, kemudian mencapai klimaks pada kalimat utamanya. Oleh karna ituparagraf induktif merupakan paragraf yang penalarannya berawal pada yang khusus atau spesifik dan berakhir pada yang umum. Simpulan paragraf induktif selalu bersifat umum. Artinya, pernyataan itu selalu meliputi sejumlah besar peristiwa yang khusus. Paragraf induktif sering diperkuat oleh contoh, perincian, penjelasan, penghususan, atau ilustrasi. Paragraf jenis ini cocok untuk mengemukakan suatu argumentasi.
3.      Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf diulang pada akhir paragraf. Maksud pengulangan itu tidak harus sama benar dengan kalimat utama pada awal paragraf. Bentuk kata-katanya dan susunan kalmatnya boleh diubah, tetapi ide pokoknya tetap sama. Oleh karna itu, penalaran pada paragraf deduktif-induktif berawal dari pernyataan yang umum, kemudian diperjelas dengan yang khusus, lalu kembali ke yang umum.

C.     Paragraf Berdasarkan Corak
1.      Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi merupakan corak tulisan yang bertujuan menginformasikan, menerangkan, dan menguraikan suatu gagasan. Paragraf eksposisi yang baik harus dapat memberikan tambahan pengertian dan pengetahuan pembaca. Oleh karna itu, paragraf eksposisi harus akurat, jelas, dan singkat. Selain itu, paragraf eksposisi biasanya manjawab pernyataan tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana. Corak paragraf eksposisi netral, tidak berpihak, dan tidak memengaruhi pembaca.
2.      Paragraf Argumentasi
Bahasan argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis untuk meyakinkan atau memengaruhi pembaca agar menerima pendapatnya. Argumentasi berbeda dari eksposisi. Jika eksposisi bertujuan untuk menjelaskan sesuatu kepada pembaca. Cara meyakinkan pembaca dapat dilakukan dengan jalan menyjikan data, bukti, atau hasil-hasil penalaran.
3.      Paragraf Deskripsi
Pelukisan atau dekripsi merupakan gaya atau corak tulisan yang bertujuan menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek kepada pembaca seolah-olah pembaca berada dalam suatu ruangan dan dapat mencium, mendengar, meraba, merasakan, dan melihat segala sesuatu yang terdapat di situ. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda atau tempat. Oleh karna itu paragraf ini dikatakan lebh menekankan pada dimensi ruang.
4.      Paragraf narasi
Kisahan atau narasi merupakan gaya atau corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Paragraf narasi dimaksudkan untuk memeberi tahu pembaca atau pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang telah dialami oleh penulis. Paragraf narasi dimaksudkan agar pembaca terkesan. Paragraf narasi juga lebih menekankan pada dimensi waktu. Selain itu, paragraf narasi juga menekankan adanya konflik. Konflik itu memegang peranan penting dalam memancing daya tarik pembaca agar terus mengikuti jalannya cerita.








BAB III
PENUTUP


3.1    Kesimpulan
            Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Paragraf yang efektif harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Pengembangan paragraf juga berkaitan erat dengan kalimat topik dan fungsi yang akan dikembangkan.


3.2    Saran
Untuk membuat karangan, cerita, maupun informasi-informasi yang penting perlu menggunakan paragraf yang baik, dan disampaikan secara runtun yaitu dengan kalimat-kalimat yang saling berhubungan. Sehingga apa yang ingin kita sampaikan bisa dimengerti oleh pembaca.


                       












DAFTAR PUSTAKA

·         A.H, Marsa. 2009. Ayo Mengenal Paragraf. Solo : Jatra Graphics.
·         Darmayanti, dkk. 2015. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya : Victory Inti Cipta.
·         Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia. Jakarta : Grasindo.
·         Rahardi, Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga.
·         http:// guntur66studentsitegunadarma.blogspot.com/2012/12/makalah-bahasa-indonesia-paragraf_28.html?m=1

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com