PARAGRAF
Diajukan
untuk Tugas Akhir Semester Ganjil :
Dosen
Pembimbing :
Haerudin,
M.Pd
Disusun
Oleh :
Zulfa
Alifatunisah 1584202141
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TANGERANG
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “paragraf’ tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah bahasa indonesia. Bahasa indonesia merupakan bahasa
nasional yang mana dalam penggunaannya terdapat ragam penulisan, tata cara
penulisan, dan ragam tulisan.
Terimakasih kepada Bapak Harerudin,
M.Pd selaku dosen mata kuliah bahasa indonesia dan dosen pembimbing.
Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis dapat menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karna itu penulis akan
sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Tangerang,
19 desember 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
masalah
1.3 Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
2. 1
Hakikat Paragraf
2. 2
Letak Kalimat Topik dalam Paragraf
2. 3
Syarat Paragraf yang Baik
2. 4
Pengembangan Paragraf
2. 5
Jenis-jenis Paragraf
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Umumnya kesulitan
pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat
dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat.
Satu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengeit dalam
kalimat lain yang membentuk paragraf. Paragraf merupakan sanian kecil sebuah
karangan yang membangunsatuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh
penulis dalam karangan.
Paragraf atau alinea
adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa
kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan.
Dalam kenyataannya
kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan
hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam
itu dianggap sebagai penegcualian karna disamping bentuknya yang kurang ideal
jika ditinjau dari segi komposisi, alinea seperti itu jarang digunakan dalam
karya tulis ilmiah.
Paragraf diperlukan
untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi.
Pembicaraan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki kawasan wacana atau
karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu
paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf tidak mungkin bagi seseorang
mewujudkan sebuah karangan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan paragraf ?
2. Bagaimana
syarat-syarat dalam pembuatan paragraf ?
3. Bagaimana
cara mengembangkan sebuah paragraf ?
4. Apa
jenis-jenis paragraf ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa itu paragraf
2. Untuk
mengetahui bagaimana syarat-syarat dalam pembuatatn paragraf
3. Untuk
mengetahui bagaimana cara mengembangkan sebuah paragraf
4. Untuk
mengetahui jenis-jenis paragraf
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat
Paragraf
A. Pengertian
Paragraf
Paragraf merupakan bagian karangan tulis
yang membentuk satu kesatuan pikiran atau ide atau gagasan. Adapun kesatuan
pikiran atau ide atau gagasan yang dilisankan disebut paratone atau padu. Jadi paratone
dan paragraf sesungguhnya merujuk pada hal sama, yakni kesatuan mengungkapkan
pikiran atau ide atau gagasan. Setiap paragraf dan paratone dikenalikan oleh
satu ide pokok. Ide pokok harus dikemas dalam sebuah kalimat, yakni kalimat
topik atau kalimat utama.
Paragraf atau alinea juga merupakan
sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karna dalam
bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu
topik atau tema pembicaraan.
Dalam istilah komposisi dibedakan dua
jenis paragraf, yaitu paragraf merenggang dan paragraf bertakuk. Pembedaan ini
didasarkan pada cara penulisan kalimat pertama paragraf yang bersangkutan dilihat dari letak kalimat
terakhir paragraf sebelumnya. Paragraf merenggang ditandai oleh jarak baris
yang lebih lebar atau lebih renggang antara kalimat pertama dan kalimat
terakhir paragraf sebelumnya. Adapun kalimat pertama pada paragraf bertakkuk
ditulis agak menjorok kedalam, sedangkan jarak baris dengan paragraf sebelumnya
tetap sama.
Selain dari bentuknya, paragraf dapat
juga dilihat sebagai satuan informasi yang memiliki satu gagasan utama sebagai
pengendali. Artinya, gagasan utama itu akan menentukan kalimat mana yang dapat
dikelompokkan kedalam sebuah paragraf dan informasi mana yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam paragraf tersebut. Dengan kata lain, gagasan utama dalam
sebuah paragraf adalah ringkasan informasi yang dikemukakan di dalam paragraf
itu. Konsekuensinya adalah bahwa informasi yang tidak dapat dirangkum oleh
gagasan utama itu harus dikeluarkan dari paragraf yang bersangkutan.
Paragraf pada dasarnya adalah miniatur
sebuah karangan. Kalau sebuah karangan mempunyai tujuan yang dinyatakan dalam
tesis, paragraf mempunyai tujuan yang dinyatakan dalam kalimat topik. Paragraf
juga harus mempunyai struktur yang jelas, gagasan utama yang terkandung dalam
setiap paragraf juga harus terurai tuntas. Dengan kata lain, proses pembuatan
paragraf pun tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan sebuah karangan.
Dalam karangan yang panjang, paragraf
mempunyai arti dan fungsi yang penting. Dengan paragraf itu pengarang dapat
mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu dan
sempurna sehingga bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan
keinginan penulisnya. Paragraf juga dapat mendinamiskan sebuah karangan
sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, energik sehingga pembaca menjadi penuh
semangat. Artinya, paragraf mempunyai fungsi strategis dalam menjembatani
gagasan penulis dan pembacanya.
Fungsi paragraf :
1. Mengekspresikan
gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
2. Menandai
peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa
paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3. Memudahkan
pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi
pembacanya.
4. Memudahkan
pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih
kecil.
5. Memudahkan
pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
B. Gagasan
Utama dalam Kalimat Topik
Orang sering mengacaukan gagasan
utama dengan kalimat topik dalam pembicaraan mengenai paragraf. Sebagai
pengendali, gagasan utama haruslah ada dalam setiap paragraf yang baik. Akan
tetapi, tidak demikian halnya dengan kalimat topik. Meskipun kalimat topik
memuat gagasan utama tidak berarti bahwa kalimat topik juga harus ada dalam
setiap paragraf. Dengan kata lain, kalimat topik memang menyatakan gagasan
utama dalam sebuah paragraf, tetapi tidak semua gagasan utama perlu dituangkan
dalam kalimat topik.
2.2
Letak Kalimat Topik
dalam Paragraf
Penempatan kalimat topik dalam karangan
yang terdiri dari beberapa paragraf dapat dilakukan secara bervariasi. Dengan
alasan tertentu ada penulis yang selalu meletakkkan kalimat topik di awal
paragraf, di tengah paragraf, atau di akhir paragraf. Bahkan ada yang
meletakkannya di awal paragraf kemudian diulangi kembali pada akhir paragraf.
Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat mengikuti alur penalaran sambil
menikmati kesegaran karangan, tidak monoton, dan bersifat alami. Di manapun
letak kalimat topik itu, masing-masing mempunyai keunggulannya.
1. Kalimat
topik di awal paragraf
Kalimat topik pada awal paragraf pada
umumnya berisi pikiran utama yang bersifat umum. Bagi penulis kalimat topik
yang berposisi di awal paragraf berfungsi sebagai pengontrol atau pengendali
untuk mengetahui apakah kalimat-kalimat yang akan ditulisnya masih berkaitan
dengan kalimat topik atau tidak. Jika tidak, ia harus mengeluarkan kalimat itu
dari paragraf yang sedang ditulisnya atau menjadikan kalimat itu hanya sebagai
sisipan dalam kalimat lain. Semetara itu, bagi pembaca kalimat topik di awal kalimat
amat berguna untuk membantu pemahamannnya terhadap paragraf itu.
Dalam posisi ini, kalimat yang
menyatakan gagasan utama dinyatakan lebih dahulu di awal paragraf, kemudian
kalimat itu diuraikan, dipertegas, atau dijelaskan oleh kalimat-kalimat berikutnya.
2. Kalimat
topik di akhir paragraf
Dalam posisis akhir ini kalimat topik
itu berfungsi memberikan simpulan atau rangkuman atas informasi yang telah
disajikan dalam kalimat-kalimat sebelumnya dalam paragraf itu. Dengan demikian
paragraf ini menggunakan penalaran induktif.
3. Kalimat
topik di awal dan akhir paragraf
Kalimat topik dalam sebuah paragraf pada
hakikatnya hanya satu. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk
menegaskan kembali pikiran utama paragraf tersebut. Cara ini biasanya dilakukan
apabila informasi yang dikemukakan di dalam paragraf itu amat banyak atau amat
rumit. Dengan menyatakan kembali kalimat topik di akhir paragraf, diharapkan
informasi-informasi yang rumit dan banyak itu dapat dipahami secara baik oleh
pembaca. Namun demikian, penempatan kalimat topik pada awal dan akhir
berpengaruh pada penalaran. Kalimat topik pada awal paragraf menimbulkan sifat
deduktif, pada akhir menjadikan paragraf bersifat induktif, pada awal dan akhir
menjadikan paragraf bersifat deduktif-induktif.
4. Kalimat
topik di tengah paragraf
Paragraf dengan kalimat topik di tengah
paragraf, berarti di awali dengan kalimat penjelas dan di akhiri pula dengan
kalimat penjelas. Paragraf ini menggunakan pola penalaran induktif-deduktif.
Dalam posisi ini kalimat topik berfungsi sebagai transisi antara
kalimat-kalimat yang dinyatakan sebelum dan sesudah kalimat topik. Bagian
sesudah kalimat topik itu biasanya berupa rincian gambaran dari kalimat topik.
2.3 Syarat
Paragraf yang Baik
Ada lima ciri paragraf yang baik. Kelima
ciri itu adalah kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan dan konsistensi
sudut pandang. Paragraf dapat dikatakan baik apabila kelima ciri itu secara
keseluruhan terdapat didalamnya.
1. Kesatuan
paragraf
Untuk menjamin adanya kesatuan paragraf,
setiap paragraf hanya berisi satu pikiran. Dalam paragraf mungkin terdapat
beberapa gagasan tambahan, tetapi gagasan-gagasan itu harus terfokus pada satu
gagasan utama sebagai pengendali. Jika prinsip ini dipenuhi, paragraf itu telah
memenuhi ciri kesatuan. Sebaliknya, jika prinsip ini tidak terpenuhi maka
paragraf akan rusak kesatuannya.
Kesatuan dalam sebuah paragraf hanya
akan terbentuk apabila informasi-informasi dalam paragraf itu tetap
dikendalikan oleh gagasan utama. Agar hal itu dapat dicapai, penulis harus
senantiasa mengevaluasi apakah kalimat-kalimat yang ditulisnya itu erat
hubungannya dengan gagasan utama. Jika ternyata tidak erat hubungannya,
kalimat-kalimat itu harus dihilangkan atau disajikan secara khusus, misalnya
menjadi sisipan dalam kalimat lain.
2. Kepaduan
Paragraf dinyatakan padu jika dibangun
dengan kalimat-kalimat yang berhubungan logis dan gramatikal. Hubungan
pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan stuktur dan
makna paragraf. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf menjadi satu
padu, utuh, dan kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui repitisi
(pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi, dan struktur
yang paralel.
a. Kata
kunci dan sinonim
Kepaduan paragraf dapat dibangun dengan
tidak mengulang kata atau ungkapan yang sama setiap kali diperlukan. Kata atau
ungkapan yang sama itu sesekali dapat disebut kembali dengan menggunakan kata
kunci atau dengan menggunakan kata lain yang bersinonim dengan kata atau
ungkapan itu. Dengan pengulangan paragraf menjadi padu, utuh, dan kompak.
b. Kata
ganti
Kepaduan dapat dijalin dengan kata
ganti, pronominal, atau padanan. Sebuah kata yang telah disebutkan pada kalimat
pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali pada kalimat berikutnya dengan
kata gantinya. Kata ganti (padanan) dapat pula menggantikan kalimat, paragraf,
dan dapat pula menggantikan bab.
c. Kata
transisi
Kata transisi yaitu kata penghubung,
konjungsi, perangkai yang menyatakan adanya hubungan, baik intrakalimat maupun
antarkalimat. Melalui penggunaan kata-kata ini, hubungan antara satu gagasan
dengan gagasan yang lain dalam sebuah paragraf dapat dinyatakan secara tegas.
Kalimat-kalimatnya mungkin sama, tetapi kata transisi tertentu dan susunan
tertentu akan mengubah informasi atau gagasan ditampilkan. Penggunaan kata
transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat
menjadi padu, menyatu dan utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi
makna yang dihubungkan.
d. Struktur
paralel
Keparalelan struktur kalimat dapat pula
membangun ciri kepaduan kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf. Banyak cara
yang dapat digunakan membangun keparalelan struktur ini antara lain, menggunakan
bentuk kata kerja yang sama, struktur kalimat yang sama, repitisi atau
pengulangan bentk kata (kalimat) yang sama.
3. Ketuntasan
Paragraf yang baik adalah paragraf yang
tuntas. Artinya, didalam paragraf itu telah tercakup semua yang diperlukan untuk
mendukung gagasan utama. Ini berarti pula bahwa paragraf yang baik harus telah
dikembangkan sedemikian rupa sehingga pembaca tidak bertanya-tanya tentang
maksud penulis dalam paragraf itu.
Ketuntasan paragraf juga dawat
diwujudkan dengan mengklasifikasi yaitu, pengelompokan objek secara lengkap dan
menyeluruh. Dan juga dengan ketuntasan bahasan yaitu, kesempurnaan membahas
materi secara menyeluruh dan utuh.
4. Keruntutan
Keruntutan adalah
penyusunan urutan gagasan dalam karangan. Gagasan demi gagasan disajikan secara
runtut bagaikan air mengalir tidak pernah putus. Ada beberapa mode urutan
penyajian informasi dalam paragraf dan tiap-tiap model mempunyai kelebihannya
masing-masing. Model-model urutan itu adalah urutan waktu, tempat, urutan dari
umum-khusus, khusus-umum, pertanyaan-jawaban, dan sebab-akibat. Karangan yang
runtut enak dibaca, dapat dipahami dengan mudah, dan menyenangkan pembacanya.
5. Konsistensi
sudut pandang
Dalam karang-mengarang, konsistensi
sudut pandang itu sangat penting artinya. Seorang penulis harus menentukan
lebih dahulu sudut pandangnya terhadap calon pembaca agar ia dapat memilih gaya
penulisan yang tepat. Paragraf yang baik hendaknya membahas permasalahan yang
di utarakannya. Jika sudah dipastikan bahwa pembaca tidak dilibatkan secara
eksplisit sebagai mitra tutur, pilihan itu harus dipertahankan hingga akhir
karangan.
2.4 Pengembangan
paragraf
Paragraf
harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan
variatif. Sebuah karangan ilmiah bisa mengambil salah satu medel pengembangan
atau bisa pula mengombinasikan beberapa model sekaligus.
1. Secara
alamiah
Pengembangan paragraf secara alamiah ini
didasarkan pada urutan ruang dan waktu (kronologis). Urutan ruang merupakan
urutan yang akan membawa pembaca dari satu titiki ke titik berikutnya dalam
suatu ruang. Adapun urutan waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan
terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
2. Klimaks
– Antiklimaks
Paragraf jenis ini lazim digunakan untuk
menyajikan sebuah cerita atau konflik. Penulisan diawali dengan pengenalan
tokoh, dilanjutkan dengan konflik, mencapai puncak konflik, dan menurun menuju
solusi (antiklimaks). Jenis paragraf ini dapat di gunakan untuk menulis
sejarah, cerita fiksi (roman, novel, cerita pendek), kisah permusuhan, atau
peperangan.
3. Deduksi
dan Induksi
Deduksi adalah proses penalaran dengan
menyebutkan gagasan utama yang bersifat umum dan dilanjutkan dengan
gagasan-gagasan yang bersifat khusus.
4. Analogi
Pengembangan paragraf secara analogi
lazimnya dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal
oleh publik, sesuatu yang banyak dipahami kebenarannya oleh orang dengan
sesuatu yang masih baru, sesuatu yang belum banyak dipahami publik. Dengan cara
analogi yang demikian itu diharapkan orang akan menjadi lebih mudah memahami
dan menangkap maksud dari sesuatu yang hendak disampaikan dalam paragraf itu.
5. Klasifikasi
Pengembangan dengan cara klasifikasi,
maka tipe-tipe yang sifatnya khusus atau spesifik akan dapat di tentukan.
Sesuatu yang sifatnya kolosal, sangat besar, sangat umum akan bisa sangat sulit
untuk dapat dipahami oleh pembaca jika tidak ditipekan atau diklasifikasikan
terlebih dahulu.
6. Komparati
dan kontrastif
Pengembangan komapartif dilakukan dengan
cara pembandingan mencermati dimensi-dimensi kesamaannya. Sebaliknya,
pembandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi perbedaannya
disebut dengan perbandingan kontrastif.
7. Sebab-Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara ini
juga lazim disebut sebagai pengembangan yang sifatnya rasional. Dikatakan
demikian karna lazimnya orang berfikir berawal dari sebab-sebab dan bermuara
pada akibat-akibat.
2.5
Jenis-jenis Paragraf
A. Paragraf
Bedasarkan urutannya
Sebuah karangan pada umumnya terdiri
atas paragraf pembuka atau pengantar, paragraf isi, dan paragraf penutup.
Ketiga jenis paragraf tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
stuktur karangan. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh dan terpadu.
1. Paragraf
Pembuka
Paragraf
pembuka merupakan paragraf yang terletak pada awal karangan. Paragraf ini
berfungsi mengantarkan pokok bahasan yang hendak disampaikan pada paragraf
berikutnya, yaitu paragraf isi. Paragraf ini mengantar pembaca ke tengah-tengah
persoalan yang dikemukakan dengan menjelaskan topik karangan. Oleh karna itu,
paragraf pembuka harus menarik minat dan perhatian agar pembaca mengikuti dan
membaca seluruh isi karangan.
Paragraf
pembuka juga hendaknya dapat menjadi penghubung antara pikiran pembaca dengan
topik karangan yang akan disajikan selanjutnya. Jumlah paragraf ini bergantung
pada jenis karya tulis yang dibuat. Karya tulis yang mempunyai topik pembahasan
yang luas memungkinkan adanya jumlah paragraf pembuka yang lebih banyak dari
pada jumlah paragraf pembuka dalam karya tulis yang hanya menyajika satu topik
karangan.
2. Paragraf
Isi
Paragraf
isi terletak di antara paragraf pembuka dan penutup. Fungsinya adalah untuk
mengembangkan pokok persoalan yang telah ditentukan. Di dalam paragraf ini
penulis mengemukakan pokok pikirannya dengan cara menerangkan atau
mengembangkannya. Pengembangan itu dapat dilakukan dengan cara menganalisis
permesalahan yang dikemukakan dan dapat pula dengan memberikan bukti-bukti.
Jumlah paragraf isi sebuah karangan disesuaikan dengan ketuntasan pokok pikiran
yang dikemukakan.
Di
dalam sebuah karangan yang baik paragraf isi saling bertautan dan kalimat pun
saling bertalian. Pertautan paragraf itu menghendaki adanya peralihan yang
lancar anatara paragraf isi yang satu ke paragraf isi yang lain sehingga
penalaran penulis dengan mudah dapat dipahami. Oleh karna itu, paragraf ini
haruslah ditulis secara runtut dan kronologis agar mudah dipahami pembaca.
3. Paragraf
penutup
Paragraf
penutup berfungsi mengakhiri atau menutup karangan. Paragraf ini terletak pada
bagian akhir suatu karangan atau karya tulis. Fungsinya menekankan pokok-pokok
pikiran yang harus diingat pembaca, memberi saran terakhir, harapan, acuan, dan
ajakan. Oleh karna itu, isi paragraf ini dapat berupa simpulan atau rangkuman
yang menandai berakhirnya suatu pembahasan. Sebagai pebutup karangan atau
tulisan paragraf ini sangat penting karna tanpa paragraf ini mungkin pembaca
akan mengalami kesulitan dalam memahami apakah karya tulis itu sudah selesai
atau belum.
B. Paragraf
Bersarkan Pola Penalarannya
1. Paragraf
deduktif
Paragraf
deduktif dimulai dari pernyataan yang umum ke yang khusus. Paragraf deduktif
menampilkan kalimat utama atau kalimat topik pada awal paragraf, kemudian
kalimat utama itu diikuti oleh kalimat-kalimat lain sebagai pengembangannya.
Kalimat-kalimat ini berfungsi mengembangkan atau memperjelas kalimat utama.
2. Paragraf
Induktif
Kalimat
utama dalam paragraf induktif ditempatkan pada akhir paragraf. Dengan demikian,
struktur paragraf ini dimulai dengan beberapa kalimat penjelas lebih dahulu,
kemudian mencapai klimaks pada kalimat utamanya. Oleh karna ituparagraf
induktif merupakan paragraf yang penalarannya berawal pada yang khusus atau
spesifik dan berakhir pada yang umum. Simpulan paragraf induktif selalu bersifat
umum. Artinya, pernyataan itu selalu meliputi sejumlah besar peristiwa yang
khusus. Paragraf induktif sering diperkuat oleh contoh, perincian, penjelasan,
penghususan, atau ilustrasi. Paragraf jenis ini cocok untuk mengemukakan suatu
argumentasi.
3. Paragraf
Deduktif-Induktif
Paragraf
deduktif-induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal
paragraf diulang pada akhir paragraf. Maksud pengulangan itu tidak harus sama
benar dengan kalimat utama pada awal paragraf. Bentuk kata-katanya dan susunan
kalmatnya boleh diubah, tetapi ide pokoknya tetap sama. Oleh karna itu,
penalaran pada paragraf deduktif-induktif berawal dari pernyataan yang umum,
kemudian diperjelas dengan yang khusus, lalu kembali ke yang umum.
C. Paragraf
Berdasarkan Corak
1. Paragraf
Eksposisi
Paragraf
eksposisi merupakan corak tulisan yang bertujuan menginformasikan, menerangkan,
dan menguraikan suatu gagasan. Paragraf eksposisi yang baik harus dapat
memberikan tambahan pengertian dan pengetahuan pembaca. Oleh karna itu, paragraf
eksposisi harus akurat, jelas, dan singkat. Selain itu, paragraf eksposisi
biasanya manjawab pernyataan tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana. Corak
paragraf eksposisi netral, tidak berpihak, dan tidak memengaruhi pembaca.
2. Paragraf
Argumentasi
Bahasan
argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis
untuk meyakinkan atau memengaruhi pembaca agar menerima pendapatnya.
Argumentasi berbeda dari eksposisi. Jika eksposisi bertujuan untuk menjelaskan
sesuatu kepada pembaca. Cara meyakinkan pembaca dapat dilakukan dengan jalan
menyjikan data, bukti, atau hasil-hasil penalaran.
3. Paragraf
Deskripsi
Pelukisan
atau dekripsi merupakan gaya atau corak tulisan yang bertujuan menggambarkan
sejelas-jelasnya suatu objek kepada pembaca seolah-olah pembaca berada dalam
suatu ruangan dan dapat mencium, mendengar, meraba, merasakan, dan melihat
segala sesuatu yang terdapat di situ. Objek yang dideskripsikan dapat berupa
orang, benda atau tempat. Oleh karna itu paragraf ini dikatakan lebh menekankan
pada dimensi ruang.
4. Paragraf
narasi
Kisahan
atau narasi merupakan gaya atau corak tulisan yang bertujuan menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangannya dari
waktu ke waktu. Paragraf narasi dimaksudkan untuk memeberi tahu pembaca atau
pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang telah dialami oleh
penulis. Paragraf narasi dimaksudkan agar pembaca terkesan. Paragraf narasi
juga lebih menekankan pada dimensi waktu. Selain itu, paragraf narasi juga menekankan
adanya konflik. Konflik itu memegang peranan penting dalam memancing daya tarik
pembaca agar terus mengikuti jalannya cerita.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Paragraf atau alinea adalah suatu
bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat.
Paragraf yang efektif harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Pengembangan
paragraf juga berkaitan erat dengan kalimat topik dan fungsi yang akan
dikembangkan.
3.2 Saran
Untuk membuat karangan, cerita,
maupun informasi-informasi yang penting perlu menggunakan paragraf yang baik,
dan disampaikan secara runtun yaitu dengan kalimat-kalimat yang saling
berhubungan. Sehingga apa yang ingin kita sampaikan bisa dimengerti oleh
pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
·
A.H, Marsa. 2009. Ayo Mengenal Paragraf. Solo : Jatra
Graphics.
·
Darmayanti, dkk.
2015. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya : Victory Inti Cipta.
·
Hs, Widjono. 2012. Bahasa Indonesia. Jakarta :
Grasindo.
·
Rahardi, Kunjana. 2010.
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta : Erlangga.
·
http://
guntur66studentsitegunadarma.blogspot.com/2012/12/makalah-bahasa-indonesia-paragraf_28.html?m=1
0 komentar:
Posting Komentar