KELAS KATA
Diajukan
untuk Tugas Akhir Semester Ganjil
Dosen
pengampu:
Haerudin M,Pd
Disusun
oleh:
Siti
Soniyah 1584202077
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH TANGERANG
TANGERANG
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi
Allah yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
"Kelas Kata", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini menjelaskan tentang pengertian kelas kata, pembagian kelas
kata.
Dalam menyusun makalah ini
penulis banyak memperoleh, bimbingan serta masukan dari beberapa pihak terkait.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan dan penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu diharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun. Penulis juga mengharapkan maklah ini berguna bagi siapa saja
yang membacanya.
Tangerang,19
desember 2015
Penulis,
Siti
Soniyah
DAFTAR
ISI
HALAMAN
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAUHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kelas Kata
2.2 Pembagian
Kelas Kata
2.2.1
Verba
2.2.2
Ajektiva
2.2.3
Nomina
2.2.4
Pronomina
2.2.5
Numerilia
2.2.6
Adverbia
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada dasarnya kata adalah satu
kesatuan yang utuh yang mengandung arti dan makna. Kata dapat digolongkan ke
dalam kelas-kelas yang berbeda-beda yang sering kita sebut dengan kelas kata.
Kelas kata termaksuk salah satu permasalahan atau problem yang selalu
diperbincangkan dalam analisis bahasa, hal ini karena adanya perbedaan dalam
penggolongan atu pengelasan kata oleh para ahli.
Kelas kata atau sering juga
disebut dengan jenis kata adalah pengelompokkan atau penggolongan kata untuk
menemukan suatu sistem dalam bahasa. Sebagai mana kita ketahui kata merupakan
bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur, kata dalam bahasa
Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih.
Kata merupakan bentuk yang sangat
komplek yang tersusun atas beberapa unsur. Kata dalam bahasa Indonesia terdiri
atas satu suku kata atau lebih. Kata merupakan unsur atau bagian yang sangat
penting dalam kehidupan berbahasa. Bidang atau kajian mengenai kata telah
banyak diselidiki oleh ahli bahasa. Penyelidikan tersebut menghasilkan berbagai
teori-teori antara yang satu dengan yang ain berbeda-beda. Perbedaan ini
terjadi karena adanya perbedaan sudut pandaang antara ahli bahasa yang satu
dengan yang lainnya. Adanya perbedaan konsep antara ahli yang satu dengan yang
lainnya tentu akan membingungkan dalam kegiatan pembelajaran. Makalah ini akan membahas mengenai perbedaan pendapat para ahli dalam
pengelasan kata tersebut serta pembagian-pembagiannya.
Makalah ini dibuat agar kita khususnya penulis
dapat memahami dan mengerti apa itu pengertian kelas kata, pembagian kelas
kata. Agar dapat berbahasa yang baik dan benar.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa pengertian kelas kata?
2.
Apa saja kelas kata?
1.3 Tujuan
2.
Mengetahui pengertian kelas kata
3.
Mengetahui apa saja kelas kata
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian kelas kata
Kelas kata atau sering juga
disebut dengan jenis kata adalah pengelompokkan atau penggolongan kata untuk
menemukan suatu sistem dalam bahasa. Sebagai mana kita ketahui kata merupakan
bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur, kata dalam bahasa
Indonesia dapat terdiri atas satu suku kata atau lebih.
2.2 Pembagian kelas kata
2.2.1
Verba
Pengertian
verba
Secara
sintaktis sebuah satuan gramatikal dapat dikatakan berkategori verba dari
perilakunya dalam satuan yang lebih besar; jadi sebuah kata dapat dikatakan
berkategori verba hanya dari perilakunya dalam frase, yakmi dalam hal
kemungkinannya satuan itu didampingi partikel tidak dalam konstruksi dan dalam
hal tidak dapat didampinginya satuan itu dengan partikel di, ke, dari, atau
dengan partikel seperti sangat, lebih, atau agak.
Dari
bentuknya dapat dibedakan:
(1)
Verba
dasar bebas,
Yaitu
verba yang berupa morfem dasar.
Contoh:
duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur.
(2)
Verba turunan,
Yaitu
verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa
panduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai:
a)
Verba berafiks:
Contoh:
ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis, jahitkan, menguliti,
menjalani, kehilangan, berbuat, terpikirkan.
b)
Verba bereduplikasi:
Contoh:
bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah, pulang-pulang,
senyum-senyum.
c) Verba
berproses gabung:
Contoh:
bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d) Verba
majemuk:
Contoh:
cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
Subkategorisasi
A)
Dilihat dari banyaknya nomina yang yang mendampinginya dapat dibedakan menjadi:
1)
Verba intransitive,
Yaitu verba yang menghindarkan obyek. Klausa yang
memakai verba ini hanya mempunyai satu nomina. Di antara verba intransitive
terdapat sekelompok verba yang berpadu dengan nomina, misalnya alih bahsa,
campur tangan, cuci mata, bersepeda, bersepatu. Di smaping itu, juga terdapat
sekelompok verba yang tidak bias bergabung dengan prefix me-, ber- tanpa mengubah
makna dasarnya. Dalam tata bahasa tradisional verba semacam itu disebut kata
kerja aus.
2)
Verba transitif,
Yaitu verba yang bias mempunyai atau harus
mendampingi obyek. Berdasarkan banyaknya obyek, terdapat:
a) Verba
monotransitif
Contoh:
Saya menulis surat
Subjek obyek
b) Verba
bitransitif ,
Yaitu
verba yang mempunyai 2 obyek.
Contoh: Ibu memberi
adik kue
Subyek obyek tak langsung obyek langsung
c) Verba
ditransitif,
Yaitu
verba transitif yang obyeknya tidak muncul.
B)
Dilihat dari hubungan verba dan nomina, dapat dibedakan:
1. Verba
aktif,
Yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku.
Verba demikian biasanya berprfiks me-, ber-, atau tanpa perefiks.
Contoh:
Ia mengapur dinding.
Apabila ia ditambahin oleh sufiks –kan, maka verba itu
bermakna benefaktf atau kausatif.
Contoh:
Ia membuatkan saya baju
Apabila ditandai oleh sufiks –I, maka verba bermakna
lokatif atau repetif.
Contoh:
Adik menyirami bunga.
2. Verba
pasif,
Yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai
penderita, sasaran, atau hasil. Verba demikian biasanya diawali denganprefiks
di- atau ter-. Apabila ditandai dengan prefix ter- yang berarti dapat
di’atau’tidak dengan sengaja’maka verba itu bermakna prefektif.
Contoh:
Adik dipukul ayah
Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba
aktif, yaitu dengan mengganti afiksnya.
Contoh:
Adik disayangi ayah – Ayah menyayangi adik
3. Verba
anti-aktif (ergatif)
Yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi
verba aktif, dan subyeknya merupakan penanggap (yang merasakan, menderita, mengalami).
Contoh:
Ibu kecopetan di bis
4. Verba
anti-pasif
Yaitu verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi
verba pasif.
Contoh:
Ia haus akan kasih saying
C)
Dilihat dari interaksi antara nomina pendampingnya, dapat dibedakan:
I.
Verba resiprokal,
Yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan
oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut dlakukan dengan saling berbalasan. Kedua
belah pihak terlibat perbuatan.
Beberapa
bentuk verba resiprokal:
a. Ber
+ calon verba yang mempunyai sifat resiprokal.
Contoh:
berkelahi, berperang.
b. Ber
+ verba dasar + an
Contoh:
bersentuhan, berpegangan, bertolongan
c. Ber
+ reduplikasi verba dasar + an
Contoh:
bermaaf-maafan, bersalam-salaman.
d. Saling
me + verba dasar + i
Contoh:
saling membari, saling memaki, saling mengampuni
e. Baku
+ verba dasar
Contoh:
baku hantam, baku tembak, baku piara
f. Verba
dasar1 + me + verba dasar2
Contoh:
tolong-menolong
g. Reduplikasi
verba + an
Contoh:
cubit-cubitan
h. Saling
ter + verba dasar
Contoh:
saling tertarik
i.
Saling ke + verba dasar + an
Contoh:
saling kehilangan
j.
Me + verba + + satu sama lain
Contoh:
mencintai satu sama lain, memaafkan satu sama lain
II.
Verba non- resiprokal,
Yaitu verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh
dua pihak dan tidak saling berbalasan.
2.2.2
Ajektiva
Pengertian ajektiva
Ajektiva adalah kategori yang ditandai
oleh kemungkinannya untuk, (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi
nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai
ciri-ciri morfologis, seperti –er (dalam honorer), -if (dalam sensitive), -I
(dalam alami), atau (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti
adil – keadilan, halus – kehalusan, yakin – keyakinan (Ciri terakhir ini
berlaku bagi sebagian besar ajektiva dasar dan bias menandai verba
intransitive, jadi ada tumpang tindih di antaranya).
Subkategori
Ada
du macam kategori ajektiva:
a.
ajektiva predikatif, yaitu ajektiva yang dapat menempati posisi predikat
klausa, misalnya hangat, sulit, mahal.
b. ajektiva atributif, yaitu ajektiva
yang mendampingi nomina dalam frase nominal, misalnya nasional, niskala.
Pada
umumnya ajektiva predikatif dapat berfungsi secara atributif, sedangkan
ajektiva atributif tidak dapat berfungsi secara predikatif.
a. ajektiva bertaraf, yakni yang dapat
berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya, seperti nasional, intern.
b. ajektiva tak
bertaraf, yakni yang tidak dapat berdampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya,
seperti nasional inter
2.2.3
NOMINA
Pengertian nomina
Nomina adalah kategori yang secara
sintaktis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak,
(2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.
Nomina ditandai dengan tidak dapatnya
bergabung dengan kata tidak, tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan: tidak
kekasih seharusnya bukan kekasih. Nomina dapat dibedakan menjadi:
1) berdasarkan
bentuknya: (a) nomina dasar: rumah, orang, burung, dan sebagainya.(b) nomina
turunan:
ke-
: kekasih, kehendak,
ketua
per-
: pertanda, persegi
pe- : petinju, petani, pelempar
peng- : pengaeas, pengekor, pengacara
-an
: tulisan, bacaan,
kiriman
Peng-an
: pengawasan, penggrapan,
penganiayaan
Per-an
: persatuan, perdamaian,
pertahan
Ke-an
: kemerdekaan, kesatuan,
kesehatan
2) berdasarkan
subkategori: (a) nomina bernyawa (kerbau, sapi, manusia) dan tidak
bernyawa (bunga, rumah, sungai); (b)
nomina terbilang :lima orang mahasiswa, tiga ekor kuda, sekuntumbunga); dan
tidak terbilang (air laut, awan, langit).
2.2.4
PRONOMINA
Pronomina
adalah kata yang dipakai untuk mengacu kenomina lain, berfungsiuntuk
menggantikan nomina. Ada tiga macam pronominal yaitu:
1) Pronomina
persona adalah pronominal yang mengacu kepada orang. Persona pertama tuggal
saya, aku, daku,, -ku, dan persona jamak kami: persona kedua tunggal engkau,
kamu, anda, dikau, kau-, -mu. Dan persona jamak kalian, kamu sekalian, anda
sekalian: persona ketiga tunggal ia, dia, beliau, -nya.
2) Pronominal
petunjuk: (a) pronominal penunjuk umum ialah, ini, tu, dan anu; pronominal
penunjuk tempat sini, situ, sana.
3) Pronominal
penanya adalah pronominal yang digunakan sebagai pemarkah (penanda) pertanyaan.
Dari segi makna, ada tiga jenis, yaitu: (a) orang siapa, (b) barang apa
menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, dan bilamana.
2.2.5
Numeralia
Pengertian
numeralia
Numeralia
adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang,
atau barang) dan konsep. Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi
nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendamping numeralia
lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat. Numeralia
mewakili bilangan yang terdapat dalam alam diluar bahasa.
1) Numeralia pokok tentu, mengacu pada
bilangan pokok, yakni 0(nol), 1(satu), 2(dua), sampai 9 (Sembilan).Ada pula
numeralia yang merupakan gugus yaitu diantara sepuluh dan dua puluh dipakai
gugus yang berkomponen belas. Bilangan di atas bilangan sembilan belas
dinyatakan dengan menganggap seolah olah bilangan itu terdiri atas beberapa
gugus dan bilangan. Contoh : 7.859 =Tujuh ribu delapan ratus lima puluh
Sembilan. Dalam bahasa Indonesia baku, numeralia pokok ditempatkan di muka
nomina dan dapat diselingi oleh kata penggolong seperti orang, ekor, dan buah.
Contoh: majalah kami memerlukan tiga orang penyunting, pak hasan mempunyai dua
ekor burung merak.
2) Numeralia pokok kolektif, dibentuk
dengan prefiks ke- yang ditempatkan dimuka nomina yang diperankan.
Contoh: ketiga pemain, kedua gedung, kesepuluh anggota. Jika tidak diikuti oleh
nomina, biasanya bentuk itu diulang dan dilengkapi dengan -nya. Contoh: kedua-duanya,
ketiga-tiganya.
Numeralia kolektif
dibentuk dengan cara:
a. Penambahan
prefiks ber- atau se- pada nomina tertentu setelah numeralia. Contoh: tiga bersaudara, empat beranak, tiga sekawan,
tiga serangkai, dua sejoli.
b. Penambahan
prefiks ber- pada numeralia pokok dan hasilnya diletakkan sesudah pronominal
persona. Contoh: (kamu) berlima, (kami) berenam.
c. Pemakain
numeralia yang berprefiks ber- dan yang diulang. Contoh: beribu- ribu, berjuta-juta.
d. Pemakaian
gugus numeralia yang bersufiks –an. Contoh: puluhan, ratusan.
3) Numeralia
pokok distributif, dapat dibentuk dengan cara mengulang kata bilangan.
Artinya ialah ‗demi‘ dan ‗masing-masing‘. Contoh: satu-satu, dua-dua.
4) Numeralia
pokok tak tentu, mengacu pada jumlah yang tidak pasti dan sebagian besar numeralia
ini tidak dapat menjadi jawaban atas peranyaan yang memakai kata tanya
berapa, ditempatkan di muka nomina yang diterangkannya. Contoh: banyak orang,
berbagai masalah, pelbagai budaya, sedikit air, semua jawaban, seluruh rakyat,
segala penjuru, segenap anggota.
5) Numeralia
pokok klitika, yaitu numeralia lain yang dipungut dari bahasa Jawa Kuna, diletakkan
di muka nomina yang bersangkutan. Contoh: triwulan, caturwulan, pancasila,
saptamarga, dasalomba.
6) Numeralia
ukuran. Contoh: lusin, kodi, meter, liter, atau gram.
7) Numeralia
Tinggat Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara
mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang
bersangkutan. Contoh: kesatu atau pertama, kesepuluh, pemain ketiga, jawaban kedua
itu, suara pertama.
8) Numeralia
Pecahan Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil
yang dinamakan numeralia pecahan. Cara membentuknya dengan memakai kata per-
diantara bilangan pembagi
dan penyebut. Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok. Bilangan campuran dapat ditulis desimal. Contoh: 1/2 = seperdua, setengah, separuh; 1/10 = sepersepuluh; 3/5 = tiga perlima; 9,75 = sembilan tigaperempat atau sembilan koma tujuh lima.
dan penyebut. Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok. Bilangan campuran dapat ditulis desimal. Contoh: 1/2 = seperdua, setengah, separuh; 1/10 = sepersepuluh; 3/5 = tiga perlima; 9,75 = sembilan tigaperempat atau sembilan koma tujuh lima.
9) Frase
Numeralia Umumnya dibentuk dengan menambahkan kata penggolong. Contoh: dua ekor
(kerbau), lima orang (penjahat), tiga buah (rumah).
2.2.6
ADVERBIA
Pengertian
Adverbia
Adverbia
adalah kategori yang dapat mendampin adjektiva, numeralia, atau proposisi dalam
konstruksi sintaksis. Sekalipun banyak adverbial dapat mendampingi verba dalam
konstruksi sintaksis, namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan
keterangan, karena adverbia merupakan konsep kategori; sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan
itu terwujud melalui afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, gabungan morfem.
Dalam
tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis.
Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu berfungsi sebagai
predikat. Contoh:
·
ia sangat mencintai istrinya.
·
Guru saja tidak dapat menjawab
pertanyaan itu.
·
Melihat penampilannya, ia pasti seorang
guru.
·
Hanya petani yang menanam jagung.
·
Tampaknya dia tidak menyetujui usul itu.
Adverbia
Dari Segi Perilaku Sintaksisnya Dapat
dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan
oleh adverbial yang bersangkutan.
a. Adverbia
yang mendahului kata yang diterangkan:
·
Ia lebih tinggi dari pada adiknya.
·
Telaga itu sangat indah.
·
Pendiriannya terlalu kukuh untuk
digoyangkan.
·
Kami hanya menulis apa yang
dikatakannya.
b. Adverbia
yang mengikuti kata yang diterangkan:
·
Tampan nian kekasih barumu.
·
Kami duduk-duduk saja menunggu pangilan.
·
Jelek benar kelakuannya.
c. Adverbia
yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan:
·
Mahal amat harga barang-barang itu.
·
Paginya ia segera pergi meninggalkan
kami.
d. Adverbia
yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan:
·
Saya yakin bukan dia saja yang pandai.
·
Bagiku, senyumnya sangat manis sekali.
1.
Adverbia
Tunggal
a) Adverbia
yang berupa kata dasar, hanya terdiri atas satu kata dasar. Contoh: baru,
hanya, lebih, hamper, saja, sangat.
b) Adverbia yang berupa kata berafiks, diperoleh
dengan menambahkan gabungan afiks se—nya atau afiks –nya pada kata dasar.
Contoh: sebaiknya, sesungguhnya, agaknya, rupanya, rasanya.
c) Adverbia yang berupa pengulangan kata dasar.
Contoh: diam-diam, lekas-lekas,Øc. Adverbial yang berupa kata
ulang pela-pelan, tinggi-tinggi,
lagi-lagi.
d) Adverbia
yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan prefiks se-.Ø
Contoh: setinggi-tinggi, sepandai-pandai, sebesar-besar, sesabar-sabar,
segalak - galak.
e) Adverbia
yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahah sufiks -an.Ø
Contoh: hais-habisan, mati-matian, kecil-kecilan, gila-gilaan, gelap-gelapan.
f) Adverbia
yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan gabungan afiksØ
se—nya. Contoh: setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, seikhlas-ikhlasnya,
sekuat-kuatnya, selembut-lembutnya.
2.
Adverbia
Gabungan
Adverbia
gabungan terdiri atas dua adverbia yang berupa kata dasar.
a) Adverbia
yang berdampingan. Contoh: lagi pula, hanya saja, hampir selalu, acapkali.
b) Adverbia
yang tidak berdampingan. Contoh: hanya … saja, belum … lagi, hamper … kembali,
hanya … kembali, tidak … saja.
3.
Adverbia
Semantisnya
a. Adverbia
Kualitatif Menggabarkan maknayang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau
mutu. Contoh: paling, sangat, lebih, dan kurang.
b. Adverbia
Kuantitatif Menggambarka makna yang berhubungan dengan jumlah. Contoh: banyak,
sedikit, kira-kira, dan cukup.
c. Adverbia
Limitatif Menggambaran makna yang berhubungan dengan pembatasan. Contoh: hanya,
saja, dan sekedar.
d. Adverbia
Frekuentatif Menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbial itu. Contoh: selalu, sering,
jaang, dan kadang-kadang. Adverbia Kewaktuan
Menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang diterangkan oleh adverbial itu. Contoh: baru dan segera.
Menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang diterangkan oleh adverbial itu. Contoh: baru dan segera.
e. Adverbia Kecaraan Menggambarkan makna yang
berhubungan dengan bagaimaa peristiwa yang dierangkan oleh adverbial itu
berlangsubg atau terjadi. Contoh: diam-diam, secepatnya, pelan-pelan.
f. Adverbia Kontrastif Menggambarkan perentangan
dengan makna kata atau hal yang dinyataka sebelumnya. Contoh: bahkan, malahan,
dan justru.
g. Adverbia
Keniscayaan Menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang keberlangsungan
atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbial itu. Contoh: niscaya,
pasti, dan tentu.
4.
Adverbia
Konjungtif
Adverbia
konjungtif adalah adverbia yang menghubungkan satu klausa atau kalimat dengan klausa
atau kalimat yang lain. Contoh: (akan) teapi, bahkan, bahwasanya, dengan
demikian, kecuali itu.
5.
Adverbia
Pembuka Wacana
Adverbia
pembuka wacana pada umumnya mengawali suatu wacana. Hubungannya pada paragraf sebelumnya
didasarkan pada makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya itu. Contoh: adapun,
akan hal, alkisah, arkian, dalam pada itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
urayan di atas dapat di simpulkan bahwa kata dapat dikategorikan/diklasifikasikan
berdasarkan makna, tujuan dan penempatan dengan berfariasinya macam kata
imbuhan dan kata sambung yang bisa kolaborasikan secara tekstual dan pelafalan,
dan kelas kata atau ketegori kata dapat kita di bedakan sebagai berikut:
a. Kelas
Verba
b. Kelas
Adjektiva
c. Kelas
Nomina
d. Kelas
Pronomina
e. Kelas
adverbia
Sejauh
ini Kelas Kata/kategori Kata diketahui sebagai mana yang telah terurai,
namun sesuai perkembangan kata bisa jadi
akan berubah sesuai dengan tiori yang di sepakati oleh ahli bahasa Indonesia.
3.2 Saran
·
Jika tidak ada kelayakan dalam penulisan
yang dapat di manfaatkan mohon di maklumi
·
Apabila dalam uraian ada yang kurang,
alangkah baiknya penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
HARIMURTI
KRIDALAKSANA (Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia)
Paulus
T (SMA kelas 2 )
Widjono
HS
Sumber
lain:
http://bemwidyadarma.blogspot.co.id/2012/08/makalah-kelas-kata-bahasa-indonesia.html
0 komentar:
Posting Komentar