Jumat, 18 Desember 2015

KALIMAT (TAUFIQ)

0




MAKALAH BAHASA INDONESIA
“KALIMAT”
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia



Dosen Pengampu : Haerudin, M.Pd
Disusun oleh :
M.Taufiqurrohman 
1584202164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2015


KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmanirrahim

Assalamu 'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan taufiq sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul Kalimat.
Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam ilmiyah yang penuh barakah ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan jasa dari berbagai pihak dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang setimpal dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh


Tangerang, 18 Desember 2015










DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii 
BAB I         : PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG................................................... 1
1.2  RUMUSAN MASALAH .............................................. 1
1.3  TUJUAN....................................................................... 2
1.4  SISTEMATIKA............................................................ 2
BAB II        : PEMBAHASAN
2.1  PENGERTIAN KALIMAT........................................... 3
2.2  UNSUR-UNSUR KALIMAT........................................ 4
2.3  STRUKTUR KALIMAT............................................... 13
2.4  KALIMAT EFEKTIF.................................................... 18
BAB III       : PENUTUP
3.1   KESIMPULAN............................................................. 20
3.2   SARAN......................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1             Latar Belakang
Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain karena dengan perantara kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelumnya sampai pada tataran kalimat adalah kata (mis. tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat minor atau merupakan jawaban sebuah pertanyaan. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.

Kalimat adalah bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada berita, Tanya, atau perintah).penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penulis atau penuturnya.
1.2             Rumusan Masalah
                    1.      Apa pengertian dari kalimat?
                    2.      Apa saja unsur-unsur dalam kalimat?
                    3.      Apa yang dimaksud dengan struktur kalimat?
                    4.      Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?


1.3             Tujuan
     1.       Penulisan makalah entimen ini betujuan agar dapat mengetahui Pengertian kalimat,   unsur – unsur kalimat, struktur kalimat dan kalimat efektif.   
    2.      Dengan adanya makalah ini di harapkan menjadi masukan dan tambahan  ilmu pengetahuan kepada para pembaca khususnya pada rekan FKIP UMT serta pada generasi penerus bangsa ini.
1.4            Sistematika
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I   : PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan
1.4  Sistematika
BAB II  : PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Kalimat
2.2  Unsur-unsur Kalimat
2.3  Struktur Kalimat
2.4  Kalimat Efektif
BAB III : PENUTUP
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran
DAFTAR PUSTAKA







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat
Kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Dapat dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil karena sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih terdapat satuan kebahasaan lain yang jauh lebih besar. Pakar berbeda menyatakan (Rahardi. 2009: 76) bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai intonasi akhir, dan secara aktual dan pontensial terdiri atas klausa.
Jadi, tidak salah pula kalau dikatakan bahwa sesungguhnya sebuah kalimat membicarakan hubungan antara klausa yang satu dan yang lainnya. Secara umum dapat disampaikan pula bahwa satuan-satuan bahasa lebih besar yang ada di atas tataran kalimat itu adalah paragraph dan wacana.
Arti kalimat secara leksikal atau arti kamus bahasa Indonesia adalah:
ä   Kalimat adalah susunan kata atau kelompok kata yang teratur dan mengandung maksud atau pikiran yang jelas.
ä   Kalimat adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri dan tidak merupakan bagian dari kesatuan yang lebih besar yang lain yang diakhhiri dengan intonasi final, terdiri atas satu atau lebih klausa.
ä   Kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran, perasaan dan perkataan.
ä   Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

Berikut ini ada beberapa pengertian  yang dikemukakan oleh para ahli mengenai arti dari kalimat:
ý  Menurut Cook, 1971; Elson dan Picket, 1969
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri-sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri-dari ataus klausa.
ý  Menurut Bloomfield, 1955
Kalimat adalah suatu bentuk linguistis, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal.
ý  Menurut Hockett, 1985
Menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal  yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain.
ý  Menurut Lado (1968)
Mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap. Pendapat lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap.
ý  Menurut Ramlan (1996)
Mengatakan bahwa Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang diserta nada akhir turun atau naik.

2.2             Unsur-unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni S dan P. unsur yang lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir dalam suatu kalimat.

Hal penting yang perlu kita ketahui untuk dipraktikkan dalam penyusunan kalimat adalah satuan bentuk yang akan mengisi S, P, O, Pel, Ket dalam kalimat bukan hanya kata, melainkan juga frasa. Untuk mengenali sekilas “wajah” S, P, O, Pel, Ket, dan sebelum membahas kelima fungsi sintaksis itu satu per satu, berikut ini ditampilkan lima contoh kalimat yang  S, P, O, Pel, Ket-nya berbentuk frasa, yaitu pembawa acara yang kocak (itu).
(S)                   Pembawa acara yang kocak itu // membeli // bunga.
                                                            S                                  P               O
(P)                   Indra // (adalah) pembawa acara yang kocak.
                                        S                                      P
(O)                   Madonna // menelepon // pembawa acara yang kocak itu.
                                          S                  P                                     O
(Pel)                 Pesulap itu // menjadi //  pembawa acara yang kocak.
                                     S                  P                               Pel
(Ket)                Si Fulan // pergi // (dengan) pembawa acara yang kocak itu.
                                  S              P                                      Ket

2.2.1    Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan (action) apa S, yaitu pelaku/tokoh atau sosok didalam suatu kalimat. Selain itu, P juga menyatakan sifat/keadaan bagaimana S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. satuan bentuk pengisi P dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau ajektivia, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut.
Contoh:
1)      Kuda merumput.
2)      Ibu sedang tidur siang.
3)      Putri Indonesia cantik jelita.
4)      Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5)      Kucingku belang tiga.
6)      Robby mahasiswa baru.
7)      Rumah Pak Hartawan lima
Bagian kaimat yang dicetak tebal dalam contoh (1) – (7) adalah P. kata merumput pada kalimat (1) memberi tahu pekerjaan kuda. Frasa sedang tidur siang pada kalimat (2) memberi tahu perbuatan ibu; cantik jelita pada kalimat (3) memberi tahu keadaan putri Indonesia; dalam keadaan aman pada kalimat (4) memberi tahu situasi kota Jakarta; belang tiga pada kalimat (5) memberi tahu ciri kucingku; mahasiswa baru pada kalimat (6) memberi tahu status Robby; dan lima pada kalimat (7) memberi tahu jumlah rumah Pak Hartawan. Sekali lagi harap diperhatikan P dalam kalimat (1) – (7) tidak hanya berupa kata (merumput, lima), tetapi juga berupa frasa/kelompok kata sedang tidur siang, cantik jelita, dalam keadaan aman, belang tiga, dan mahasiswa baru).
Contoh (8), (9), dan (10) dibawah ini belum memiliki P karena tidak ada kata-kata yang menunjukkan perbuatan dan sifat/keadaan pelakunya.
8)      *anak yang gendut lagi lucu itu …
9)      *kantor yang terletak di Jalan Gatot Subroto …
10)  *Bandung yang dikenal sebagai kota kembang …
Seandainya pun contoh (8), (9), (10) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, diawali dengan huruf capital dan diakhiri sengan satu tanda intonasi final, di dalamnya tetap tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa anak yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (8); tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung yang dikenalkota kembang pada contoh (9) dan (10). Karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau keadaan yang dituntut oleh P, contoh (8),(9),(10) tidak mengandung P. karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (8),(9),(10) itu belum membentuk kalimat, melainkan baru membentuk frasa (dalam hal ini frasa nominal).
2.2.2    Subjek
Subjek (S) adalah bagian bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagaimana besar S diisi oleh kata benda/frasa nominal, klausa, atau frasa verbal. Perhatikan contoh berikut ini.
11)  Ayahku sedang melukis.
12)  Meja direktur besar.
13)  Yang berbaju batik dosen saya.
14)  Berjalan kaki menyehatkan bada.
15)  Membangun jalan layang  sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat (11) – (15) adalah S. contoh S yang diisi oleh kata benda adalah kalimat (11); S yang diisi oleh frasa benda adalah kalimat (12); S yang iisi oleh klausa adalah kalimat (13); dan S yang diisi oleh frasa verbal adalah kalimat (14) dan (15).
Kaidah bahasa Indonesia mensyaratkan setiap kata, frasa dan klausa pembentuk S harus merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh diatas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (13), (14), dan (15) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (13) dan (14), yang berbaju batik dan yang berjalan kaki, tentulah berupa orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi Spada kalimat (15), secara implisit juga merujuk pada hasil membangun membangun yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada dua nomina yang dilesapkan pada awal kalimat (13) dan (15), yaitu orang  pada awal kalimat (13) dan perbuatan pada awal kalimat (14) dan (15).
Selain ciri tersebut, S dapat juga dikenal dengan cara bertanya dengan memakai kata Tanya  siapa (yang)atau apa (yang) ... kepada P. kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. jika ternyata jawabannya tidak ada atau tidak logis, berarti “kalimat” itu tidak mempunyai S. inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelakunya.
16)     *Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
17)     *Di sini melayani resep obat generik.
18)     *Melamun sepanjang malam.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (16), jawabannya adalah bagi siswa sekolah; siapa yang melayani resep obat generik pada contoh (17), jawabannya adalah  di sini; dan siapa yang melamun sepanjang malam pada contoh (18), jawabannya mala tidak ada. Jawaban atas pertanyaan kepada P untuk contoh (16) dan (17) tadi terasa tidak logis bukan?
Contoh (16) baru menjadi kalimat jika kata bagi tidak diikutsertakan. Contoh (17) baru menjadi kalimat jika ditempatkan nomina, misalnya kami untuk mengganti di sini. Contoh (18) harus menyertakan nomina atau pronominal misalnya Anita atau Dia, untuk mengisi tempat sebelum kata  melamun. Karena itu, contoh (16) – (18) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena subjeknya tidak/belum jelas. Khusus contoh (18) akan menjadi kalmat jika bentuk itu merupakan jawaban suatu pertanyaan, misalnya: Apa yang dilakukannya?
2.2.3    Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nomina, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadiahnya O. Perhatikan contoh dibawah in.
19)         a.         Nurul menimang …
b.         Arsitek merancang …
c.         Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh (19) adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P bagi ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itu lah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitif mnadi, rusak pulang yang menjadi P dalam contoh (20) tidak menuntut untuk dilengkapi.
20)         a. Nenek Mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam Kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya dibelakang P dan dilihat ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
21)         a. Serena William mengalahkan Angelique Wijaya [O].
b. Angelique Wijaya [S] dikalahkan oleh Serena William. 
22)         a. Orang itu menipu adik saya [O].
                  b. Adik saya [O] ditipu oleh orang lain.
 23)        a. Tuti mencubit lengan Sandra [O].
b. Lengan Sandra [S] ditiup oleh Tuti.
 24)        a. John Smith membeli barang antik [O.
b. Barang antik [S] dibeli oleh John Smith.

2.2.4    Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya dibelakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga nomina dan frasa nomina. Akan tetapi, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Perhatikan contoh di bawah ini.
25)  Ketua MPR // membacakan // pancasila.
       S                      P                       O
26)  Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila.
      S                           P                    Pel
Kedua kalimat aktif (25)  dan (26) yang Pel dan O-nya sama-sama nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bias hanya kalimat (25) menjadi kalimat pasif adalah (25a).
25a)  Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR
                                        S                  P                      O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (26) tidak bisa dipindahkan ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contohh (26a) adalah kalimat yang tidak gramatikal.
26a)  *Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol
Hal ini yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nomina, Pel dapat pula diisi oleh ajektiva, frasa ajektival, frasa verbal, dan frasa preposisional. Berikut adalah beberapa contoh pelengkapp dalam kalimat.
27)   Kita benci pada kemunafikan. (Pel – nya frasa preposisional)
28)   Mayang bertubuh mungil.(Pel – nya ajektiva)
29)  Sekretaris itu mengambalikan bosnya air minum. (Pel – nya frasa nominal)
30)  Pak Lam suka bermain tenis. (Pel – nya frasa preposisional)
31)  Pamanku membelikan mobil untuk anaknya.  (Pel – nya frasa preposisional)

2.2.5    Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan P dalam sebuah kalimat. Posisi Ket boleh manasuka, di awal, di tengah, atai di akhir kalimat. Pengisi Ket dapat adverbial, frasa nominal, frasa preposisional, atau klausa.
Perhatikan contoh dibawah ini.
32)  Antono menjilid makalah kemarin pagi.
33)  Antono kemarin pagi menjilid makalah.
34)  Kemarin pagi Antono menjilid makalah.
Dalam ketiga contoh kalimat itu tampak Ket yang diisi oleh frasa nominal kemarin pagi dapat menempati tiga posisi tanpa mengubah makna kalimat. Hal itu terjadi karena Ket memang bukan inti kalimat. Ket pada contoh (320 – (34) dapat dihilangkan tanpa mengganggu inti kalimat Anto menjilid makalah.
Frasa nominal kemarin pagi dalam kalimat (32) – (34) merupakan Ket. waktu untuk P menjilid. Selain itu, kemarin pagi juga merupakan Ket. waktu untuk klausa Anton menjilid makalah. Kalimat (32) – (34) masih dapat ditambahi Ket tempat (di mana Antono menjilid), Ket penyerta (dengan siapa Antono menjilid), dan seterusnya.
Berdasarkan maknanya terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan yang terpenting atas sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 2003:366) seperti dalam contoh dibawah inj. Bagian kalimat yang dicetak tibal adalah keterangan. Perhatikan letak keterangannya.
35)   Diana mengambilkan air minum untuk adiknya dari kulkas. (ket.tempat)
36)   Rustam Lubis sekarang sedang belajar melukis. (ket.waktu)
37)  Lia memotong tali dengan gunting. Ket.alat)
38)  Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya. (ket.tujuan)
39)  Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan hati-hati. (ket.cara)
40)  Amir burhan pergi dengan teman-teman sekantornya menonton drama. (ket.peserta)
41)  Mahasiswa fakultas hukum berdebat bagaikan pengacara. (ket.sebab)
42)  Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus ujian. (ket.sebab)
43)  Murid TK berpegangan tangan satu sama lain sambil bernyanyi gembira. (ket.kesalingan)

2.3             Struktur Kalimat
Menurut bentuknya, kalimat bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Ada pula yang menyebut sebagai kalimat dasar dan kalimat majemuk, atau kalimat sederhana dan kalimat luas. Memang ada pula yang beranggapan bahwa kalimat dasar tidak selalu berupa kalimat tunggal.
2.3.1    Struktur Kalimat Dasar
Kalimat dasar, atau kalimat tunggal, kalimat sederhana adalah kalimat yang hanya memiliki satu subjek dan satu predikat. Fakta kebahasan demikian itulah yang menyebabkan kalimat tersebut disebut sebagai kalimat tunggal. Kalimat dasar dapat berwujud tiga macam, kalimat tunggal murni, seperti pada bentuk, ‘Adik tidur.’ Kalimat dasar dapat pula berupa kalimat yang diperluas dengan keterangan tertentu, misalnya ‘Adik menangis di pinggir kebun belakang.’ Sekalipun mungkin bentuk kebahasaannya panjang, Karen kalimat tersebut hanya terdiri dari satu subjek dan satu predikat, maka kalimat demikian itu disebut sebagai kalimat tunggal. Dalam bahasa Indonesia dikenal 6 struktur atau pola kalimat tunggal, yakni:
1.      Subjek (KB) + predikat (KK)
2.      Subjek (KB) + predikat (KK) + Objek (KB)
3.      Subjek (KB) + predikat (KK) + Objek (KB) + Objek (KB)
4.      Subjek (KB) + predikat (KS)
5.      Subjek (KB) + predikat (K.Bil)
6.      Subjek (KB) + predikat (KB)
Pola-pola kalimat tunggal yang berjumlah enam di atas itu dapat diperluas untuk mendapatkan struktur yang bermacam-macam dan lebih panjang. Demikian pula struktur yang disebutkan di depan itu dapat juga dimodifikasi susunannya, sehingga dapat ditemukan struktur kalimat dengan pola yang baru.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sesungguhnya kalimat tunggal yang bermacam-macam di dalam sebuah karangan itu selalu dapat ditarik kembali pola susunannya dan pasti akan termasuk di dalam satu pola yang disebutkan di depan itu. Implikasi yang harus ditangkap oleh para mahasiswa yang sedang belajar menulis dan meneliti adalah bahwa orang tidak perlu mudah menganggap rumit kalimat yang panjang-panjang.
Demikian pula sebaliknya, kalimat-kalimat panjang yang akan Anda susun sendiri itu, sudah mengandung pola dasar kalimat tunggal sebagaimana ditunjukkan di depan. Contoh-contoh kalimat berikut berstruktur tunggal atau sebagai kalimat tunggal. Cermatilah dengan baik!
7.      Adik sedang tidur
8.      Orang yang dating sebanyak 10 orang.
9.      Mereka tidak pernah merasa nyaman.
2.3.2    Poal Kalimat Majemuk
2.3.2.1      Kalimat Majemuk Setara
Pola kalimat majemuk terdiri dari kalimat majemuk setara dan bertingkat. Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda. (1) Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan. Kalimat majemuk setara ada 4 macam, yaitu: (a) setara gabungan menggunakan kata dan, serta; (b) setara pilihan menggunakan kata atau; (c) setara urutan menggunakan kata lalu, lantas, dan kemudian; dan (d) setara perlawanan menggunakan kata tetapi.

Cermatilah perbedaan dan kesamaan kalimat majemuk setara berikut ini.
a.       Kalimat majemuk setara gabungan menggunakan: dan, serta
Dosen menerangkan kalimat majemuk dan mahasiswa mendengarkannya dengan cermat.
Dosen serta mahasiswa bekerja secara kreatif dan inovatif.
b.      Kalimat majemuk setara pilihan menggunakan atau
Anda pergi kekampus atau menghadiri seminar?
Anda harus kuliah dengan nilai yang tinggi atau tidak usah kuliah.
c.       Kalimat majemuk setara urutan menggunakan lalu, lantas, kemudian.
Ia pulang lalu pergi menjemput anaknya.
Kami menyelesaikan kuliah lantas bekerja.
Kami bekerja dan menabung kemudian mengawali bisnis ini.
d.      Kalimat majemuk setara perlawanan menggunakan tetapi, melainkan, sedangkan
Mahasiswa itu mengharapkan nilai ujian yang tinggi, tetapi malas belajar.
Ia bukan pandai melainkan rajin.
Orang itu giat bekerja, sedangkan adiknya malas.






2.3.2.2      Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya. Kalimat majemuk bertingkat ada 8 macam, dibedakan berdasarkan jenis anak kalimat (AK).
(1)   AK keterangan waktu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah, sebelum;
Mereka segera mencari peluang kerja setelah  menyelesaikan studinya.
Waktu diangkat sebagai pejabat, ia belum menunjukkan kewibawaannya.
(2)   AK keterangan sebab menggunakan kata sebab, lantaran, karena
Lalu lintas macet karena karyawan di sekitar jalan itu pulang bersamaan.
Orang itu meninggal karena menderita sakit jantung.
(3)   AK keterangan hasil (akibat) menggunakan kata hingga, sehingga, akhirnya;
Tsunami itu dating tiba-tiba akibatnya puluhan ribu penduduk tewas.
Pengusaha itu bekerja keras sehingga berhasil mendapatkan untung besar.
(4)   AK keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila, kalau, andaikata;
Andaikata engkau memenangkan lomba itu, bagaimana perasaanmu?
Saya akan santuni orang miskin apabila mendapatkan uang sebanyak itu.
(5)   AK keterangan tujuan menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna;
Agar rakyat makmur, kita harus memberikan penyuluhan kerja yang kreatif.
Kita harus bekerja keras demi masa depan yang gemilang.
(6)   AK keterangan cara menggunakan kata dengan, dalam;
Dosen itu menerangkan masalah tersebut dengan pendekatan ilmiah.
Dalam menghadapi kesulitan tersebut ia menerima dengan kesabaran.
(7)   AK keterangan posesif menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun;
Biarpun baru pukul setengah enam, saya sudah berangkat ke kantor.
Saya akan berupaya meningkatkan kualitas kerja meskipun sulit diujudkan.
(8)   AK keterangan pengganti nomina menggunakan kata bahwa;
Presiden menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus menegakkan hukum.
2.3.2.3   Kalimat Majemuk Gabungan Setara dan bertingkat
(1)   Bangsa Indonesia bekerja keras mengejar ketinggalan ekonomi setelah krisis politik berkepanjangan dan krisis keamanan mulai membaik.
(2)   Kinerja bisnis mulai membaik dan perkembangan ekonomi mulai stabil setelah berhasil melangsungkan pemilu secara demokrasi.



2.4             Kalimat Efektif
a.       Kesepadanan dan kesatuan gagasan
kalimat biasanya terdiri dari subjek, predikat, objek, dan keterangan. Kesepadanan artinya hubungan timbal balikantara subjek dengan keterangan-keterangannyayang menjelaskan unsur-unsur kalimat tersebut. Kesepadanan arinya pikiran atau perasaan ide sama dengan kalimat yang diucapkan atau ditulis. Kesatuan gagasan artinya bahwa sebuah kalimat harus utuh mengandung satu ide pokok atau satu pikiran (tidak menimbulkan salah paham). Biasanya jika sepadan dengan pikiran dan perasaan, kalimat dengan sendirinya akan memiliki kesatuan gagasan.
Contoh kalimat sepadan :
1.      Dosen sedang menyampaikan perkuliahan bahasa Arab(benar)
Kalimat ini sepadan karena kalimatnya utuh dan lengkap.
2.      Bagi dosen sedang menyampaikan perkuliahan bahasa Arab(salah)
Kalimat ini tidak sepadan dan tidak jelas kesatuan gagasannya karena tidak lengkap, tidak mempunyai subjek.
b.      Kelogisan
Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat untuk menyatakan sesuatu dengan logika. Sebuah kalimat memiliki kelogisan jika masuk akal.
Contoh kalimat:
1.      Pencuri berhasil ditangkap polisi (salah)
2.      Polisi berhasil menangkap polisi (benar)
c.       Keparelelan
Keparelelan atau kesejajaran adalah kesamaan unsur-unsur yang digunakan secara konsisten dalam satu kalimat. Jika verba yang digunakan, unsur yang lain juga verba. Demikian pula, jika nomina yang digunakan, unsur yang lain juga nomina. Jika aktif yang digunakan, yang lain juga harus aktif. Demikian pula sebaliknya.
Contoh :
Belajar, bergurau: Dia tidak belajar, melainkan bergurau.
d.      Penekanan atau penegasan
Penekanan atau ketegasan ialah penonjolan pada pokok kalimat.
e.       Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain, yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan.
f.       Kepaduan (Koherensi)
Kepaduan adalah adanya hubungan yang padu (koheren) antara unsur kalimat. Satu unsur dengan unsur yang lain tidak boleh diselingi oleh kata yang tidak penting dan letak kata dalam kalimat tidak boleh dipertukarkan.
g.      Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata.





BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
               Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

3.2   Saran
               Kalimat merupakan hal yang pokok untuk kita ketahui sebagai manusia yang ingin berkomunikasi dan membutuhkan orang lain umumnya dan juga sebagai mahasiswa dan pelajar umumnya, karena baik langsung maupun tidak langsung, baik disengaja ataupun tidak mahasiswa setiap hari bergelut dengan kalimat. Misalnya saja apabila kita membuat karya tulis dan karya sastra lainya harus mempunyai pengetahuan yang matang tentang penggunaan kalimat yang baik, benar dan berbobot serta bisa dimengerti oleh penulis dan pembaca.









DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Rini dan Tri Indrayanti. 2015. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Victory Inti Cipta
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi.
Hs, Widjono. Revisi 2012. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Erlangga


 

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com