MAKALAH BAHASA INDONESIA
“KALIMAT”
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Haerudin, M.Pd
Disusun
oleh :
M.Taufiqurrohman
1584202164
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahir Rahmanirrahim
Assalamu 'alaikum
warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah
kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
dan taufiq sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan
judul Kalimat.
Salawat dan
salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam
ilmiyah yang penuh barakah ini.
Kami
mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan jasa dari berbagai
pihak dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah membalasnya dengan balasan
yang setimpal dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Wassalamu 'alaikum
warahmatullahi Wabarakatuh
Tangerang,
18 Desember 2015
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................. ii
BAB I :
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG................................................... 1
1.2 RUMUSAN
MASALAH .............................................. 1
1.3 TUJUAN....................................................................... 2
1.4
SISTEMATIKA............................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
KALIMAT........................................... 3
2.2
UNSUR-UNSUR KALIMAT........................................ 4
2.3
STRUKTUR KALIMAT............................................... 13
2.4
KALIMAT EFEKTIF.................................................... 18
BAB III : PENUTUP
3.1
KESIMPULAN............................................................. 20
3.2
SARAN......................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kalimat
merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain karena
dengan perantara kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara
lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelumnya sampai
pada tataran kalimat adalah kata
(mis. tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak
tahu). Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap
dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat
minor atau merupakan jawaban sebuah pertanyaan. Untuk dapat berkalimat dengan
baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat
adalah bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan
predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu sudah
lengkap dengan makna (bernada berita, Tanya, atau perintah).penetapan struktur
minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan kalimat bukanlah semata-mata gabungan
atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna
menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai
pengungkap maksud penulis atau penuturnya.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari kalimat?
2.
Apa saja unsur-unsur dalam kalimat?
3.
Apa yang dimaksud dengan struktur
kalimat?
4. Apa
yang dimaksud dengan kalimat efektif?
1.3
Tujuan
1.
Penulisan
makalah entimen ini betujuan agar dapat mengetahui Pengertian kalimat, unsur – unsur
kalimat, struktur kalimat dan kalimat efektif.
2. Dengan
adanya makalah ini di harapkan menjadi masukan dan tambahan ilmu pengetahuan kepada para pembaca
khususnya pada rekan FKIP UMT serta pada generasi penerus bangsa ini.
1.4
Sistematika
Kata
Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Sistematika
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kalimat
2.2 Unsur-unsur
Kalimat
2.3 Struktur
Kalimat
2.4 Kalimat
Efektif
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat
Kalimat
dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk
menyampaikan ide atau gagasan. Dapat dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil
karena sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih terdapat satuan
kebahasaan lain yang jauh lebih besar. Pakar berbeda menyatakan (Rahardi. 2009:
76) bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri,
mempunyai intonasi akhir, dan secara aktual dan pontensial terdiri atas klausa.
Jadi,
tidak salah pula kalau dikatakan bahwa sesungguhnya sebuah kalimat membicarakan
hubungan antara klausa yang satu dan yang lainnya. Secara umum dapat
disampaikan pula bahwa satuan-satuan bahasa lebih besar yang ada di atas
tataran kalimat itu adalah paragraph dan wacana.
Arti kalimat secara leksikal atau
arti kamus bahasa Indonesia adalah:
ä Kalimat
adalah susunan kata atau kelompok kata yang teratur dan mengandung maksud atau
pikiran yang jelas.
ä Kalimat
adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri dan tidak merupakan bagian dari
kesatuan yang lebih besar yang lain yang diakhhiri dengan intonasi final,
terdiri atas satu atau lebih klausa.
ä Kalimat
adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran, perasaan dan
perkataan.
ä Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Berikut ini ada
beberapa pengertian yang dikemukakan
oleh para ahli mengenai arti dari kalimat:
ý Menurut Cook, 1971; Elson dan
Picket, 1969
Kalimat merupakan
satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri-sendiri, mempunyai pola
intonasi akhir dan terdiri-dari ataus klausa.
ý Menurut Bloomfield, 1955
Kalimat adalah suatu
bentuk linguistis, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar
karena merupakan suatu konstruksi gramatikal.
ý Menurut Hockett, 1985
Menyatakan bahwa
kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk
gramatikal yang tidak termasuk ke dalam
konstruksi gramatikal lain.
ý Menurut Lado (1968)
Mengatakan bahwa
kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap. Pendapat lado dipertegas
lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah
satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang
lengkap.
ý Menurut Ramlan (1996)
Mengatakan bahwa
Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang
diserta nada akhir turun atau naik.
2.2
Unsur-unsur Kalimat
Unsur
kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa lama lazim
disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan
(Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua
unsur, yakni S dan P. unsur yang lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir,
tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir dalam suatu kalimat.
Hal
penting yang perlu kita ketahui untuk dipraktikkan dalam penyusunan kalimat
adalah satuan bentuk yang akan mengisi S, P, O, Pel, Ket dalam kalimat bukan
hanya kata, melainkan juga frasa. Untuk mengenali sekilas “wajah” S, P, O, Pel,
Ket, dan sebelum membahas kelima fungsi sintaksis itu satu per satu, berikut
ini ditampilkan lima contoh kalimat yang
S, P, O, Pel, Ket-nya berbentuk frasa, yaitu pembawa acara yang kocak (itu).
(S) Pembawa
acara yang kocak itu // membeli
// bunga.
S P
O
(P) Indra
// (adalah) pembawa acara yang kocak.
S P
(O) Madonna // menelepon // pembawa acara yang kocak itu.
S
P O
(Pel) Pesulap itu // menjadi // pembawa acara yang kocak.
S P Pel
(Ket) Si Fulan // pergi // (dengan)
pembawa acara yang kocak itu.
S
P Ket
2.2.1
Predikat
Predikat
(P) adalah
bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan (action) apa S, yaitu pelaku/tokoh atau sosok didalam suatu
kalimat. Selain itu, P juga menyatakan sifat/keadaan bagaimana S. termasuk juga
sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki
oleh S. satuan bentuk pengisi P dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar
berkelas verba atau ajektivia, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa
nominal. Perhatikan contoh berikut.
Contoh:
1) Kuda merumput.
2) Ibu sedang tidur siang.
3) Putri Indonesia cantik jelita.
4) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
5) Kucingku belang tiga.
6) Robby mahasiswa baru.
7)
Rumah
Pak Hartawan lima
Bagian kaimat
yang dicetak tebal dalam contoh (1) – (7) adalah P. kata merumput pada kalimat (1) memberi tahu pekerjaan kuda. Frasa sedang tidur siang pada kalimat (2)
memberi tahu perbuatan ibu; cantik jelita
pada kalimat (3) memberi tahu keadaan putri Indonesia; dalam keadaan aman pada kalimat (4) memberi tahu situasi kota
Jakarta; belang tiga pada kalimat (5)
memberi tahu ciri kucingku; mahasiswa
baru pada kalimat (6) memberi tahu status Robby; dan lima pada kalimat (7) memberi tahu jumlah rumah Pak Hartawan.
Sekali lagi harap diperhatikan P dalam kalimat (1) – (7) tidak hanya berupa
kata (merumput, lima), tetapi juga
berupa frasa/kelompok kata sedang tidur
siang, cantik jelita, dalam keadaan aman, belang tiga, dan mahasiswa baru).
Contoh (8), (9),
dan (10) dibawah ini belum memiliki P karena tidak ada kata-kata yang
menunjukkan perbuatan dan sifat/keadaan pelakunya.
8) *anak yang gendut lagi lucu itu …
9) *kantor yang terletak di Jalan
Gatot Subroto …
10)
*Bandung
yang dikenal sebagai kota kembang …
Seandainya pun
contoh (8), (9), (10) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, diawali
dengan huruf capital dan diakhiri sengan satu tanda intonasi final, di dalamnya
tetap tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. tidak ada jawaban atas
pertanyaan melakukan apa anak yang gendut
lagi lucu (pelaku) pada contoh (8); tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan
Gatot Subroto dan Bandung yang
dikenalkota kembang pada contoh (9) dan (10). Karena tidak ada informasi tentang
tindakan, sifat, atau keadaan yang dituntut oleh P, contoh (8),(9),(10) tidak
mengandung P. karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh
(8),(9),(10) itu belum membentuk kalimat, melainkan baru membentuk frasa (dalam
hal ini frasa nominal).
2.2.2 Subjek
Subjek (S)
adalah bagian bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal,
atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagaimana besar S diisi
oleh kata benda/frasa nominal, klausa, atau frasa verbal. Perhatikan contoh
berikut ini.
11) Ayahku
sedang melukis.
12) Meja
direktur besar.
13) Yang
berbaju batik dosen
saya.
14) Berjalan
kaki menyehatkan
bada.
15)
Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang
dicetak tebal pada kalimat (11) – (15) adalah S. contoh S yang diisi oleh kata benda
adalah kalimat (11); S yang diisi oleh frasa benda adalah kalimat (12); S yang
iisi oleh klausa adalah kalimat (13); dan S yang diisi oleh frasa verbal adalah
kalimat (14) dan (15).
Kaidah bahasa
Indonesia mensyaratkan setiap kata, frasa dan klausa pembentuk S harus merujuk
pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh diatas, kendatipun jenis kata
yang mengisi S pada kalimat (13), (14), dan (15) bukan kata benda, namun
hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat
(13) dan (14), yang berbaju batik dan
yang berjalan kaki, tentulah berupa
orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi Spada kalimat
(15), secara implisit juga merujuk pada hasil
membangun membangun yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau
diselami lebih dalam, sebenarnya ada dua nomina yang dilesapkan pada awal
kalimat (13) dan (15), yaitu orang pada awal kalimat (13) dan perbuatan pada awal kalimat (14) dan
(15).
Selain ciri
tersebut, S dapat juga dikenal dengan cara bertanya dengan memakai kata Tanya siapa (yang) … atau apa
(yang) ... kepada P. kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang
diajukan, itulah S. jika ternyata jawabannya tidak ada atau tidak logis,
berarti “kalimat” itu tidak mempunyai S. inilah contoh “kalimat” yang tidak
mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelakunya.
16) *Bagi
siswa sekolah dilarang masuk.
17) *Di sini melayani resep obat generik.
18)
*Melamun sepanjang malam.
Kalau ditanya kepada
P, siapa yang dilarang masuk pada
contoh (16), jawabannya adalah bagi siswa
sekolah; siapa yang melayani resep
obat generik pada contoh (17), jawabannya adalah di sini; dan siapa yang melamun sepanjang malam pada
contoh (18), jawabannya mala tidak ada. Jawaban atas pertanyaan kepada P untuk
contoh (16) dan (17) tadi terasa tidak logis bukan?
Contoh (16) baru
menjadi kalimat jika kata bagi tidak
diikutsertakan. Contoh (17) baru menjadi kalimat jika ditempatkan nomina,
misalnya kami untuk mengganti di sini. Contoh (18) harus menyertakan
nomina atau pronominal misalnya Anita atau
Dia, untuk mengisi tempat sebelum
kata melamun. Karena itu, contoh (16) – (18)
belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena subjeknya tidak/belum jelas.
Khusus contoh (18) akan menjadi kalmat jika bentuk itu merupakan jawaban suatu
pertanyaan, misalnya: Apa yang dilakukannya?
2.2.3 Objek
Objek (O) adalah
bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa
nomina, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut wajib hadiahnya O. Perhatikan contoh dibawah in.
19) a.
Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c.
Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada
contoh (19) adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi
P bagi ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi
oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itu lah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitif mnadi, rusak pulang yang menjadi P dalam contoh (20) tidak menuntut
untuk dilengkapi.
20) a.
Nenek Mandi.
b. Komputerku
rusak.
c.
Tamunya pulang.
Objek dalam
Kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh
kalimat berikut yang letak O-nya dibelakang P dan dilihat ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
21) a.
Serena William mengalahkan Angelique Wijaya [O].
b. Angelique Wijaya [S] dikalahkan oleh
Serena William.
22) a.
Orang itu menipu adik saya [O].
b. Adik saya [O] ditipu oleh orang lain.
23) a.
Tuti mencubit lengan Sandra [O].
b. Lengan Sandra [S] ditiup oleh Tuti.
24) a.
John Smith membeli barang antik [O.
b. Barang antik [S] dibeli oleh John Smith.
2.2.4
Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat
yang melengkapi P. Letak Pel umumnya dibelakang P yang berupa verba. Posisi
seperti itu juga nomina dan frasa nomina. Akan tetapi, antara Pel dan O
terdapat perbedaan.
Perhatikan contoh di bawah ini.
25) Ketua MPR // membacakan // pancasila.
S P O
26) Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila.
S
P Pel
Kedua kalimat
aktif (25) dan (26) yang Pel dan O-nya
sama-sama nomina Pancasila, jika
hendak dipasifkan ternyata yang bias hanya kalimat (25) menjadi kalimat pasif
adalah (25a).
25a) Pancasila // dibacakan // oleh
Ketua MPR
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (26)
tidak bisa dipindahkan ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contohh (26a)
adalah kalimat yang tidak gramatikal.
26a) *Pancasila
dilandasi oleh banyak orsospol
Hal ini yang
membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frasa nomina, Pel dapat pula diisi oleh ajektiva, frasa ajektival, frasa
verbal, dan frasa preposisional. Berikut adalah beberapa contoh pelengkapp
dalam kalimat.
27) Kita benci pada kemunafikan. (Pel – nya frasa preposisional)
28) Mayang bertubuh mungil.(Pel – nya ajektiva)
29) Sekretaris itu mengambalikan bosnya
air minum.
(Pel – nya frasa nominal)
30) Pak Lam suka bermain tenis. (Pel – nya frasa preposisional)
31) Pamanku membelikan mobil untuk anaknya. (Pel – nya frasa preposisional)
2.2.5
Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang
menerangkan P dalam sebuah kalimat. Posisi Ket boleh manasuka, di awal, di
tengah, atai di akhir kalimat. Pengisi Ket dapat adverbial, frasa nominal,
frasa preposisional, atau klausa.
Perhatikan contoh dibawah ini.
32) Antono
menjilid makalah kemarin pagi.
33) Antono
kemarin pagi menjilid makalah.
34)
Kemarin
pagi Antono menjilid makalah.
Dalam ketiga contoh kalimat itu tampak Ket yang diisi oleh frasa nominal kemarin pagi dapat menempati tiga posisi
tanpa mengubah makna kalimat. Hal itu terjadi karena Ket memang bukan inti
kalimat. Ket pada contoh (320 – (34) dapat dihilangkan tanpa mengganggu inti
kalimat Anto menjilid makalah.
Frasa nominal kemarin pagi dalam
kalimat (32) – (34) merupakan Ket. waktu untuk P menjilid. Selain itu, kemarin pagi juga merupakan Ket. waktu untuk
klausa Anton menjilid makalah. Kalimat
(32) – (34) masih dapat ditambahi Ket tempat (di mana Antono menjilid), Ket
penyerta (dengan siapa Antono menjilid), dan seterusnya.
Berdasarkan maknanya terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli
membagi keterangan yang terpenting atas sembilan macam (Hasan Alwi dkk,
2003:366) seperti dalam contoh dibawah inj. Bagian kalimat yang dicetak tibal
adalah keterangan. Perhatikan letak keterangannya.
35) Diana mengambilkan air minum untuk adiknya dari kulkas. (ket.tempat)
36) Rustam Lubis sekarang sedang belajar melukis. (ket.waktu)
37) Lia memotong tali dengan gunting. Ket.alat)
38) Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya. (ket.tujuan)
39) Polisi menyelidiki masalah narkoba
dengan hati-hati. (ket.cara)
40) Amir burhan pergi dengan teman-teman sekantornya menonton
drama. (ket.peserta)
41) Mahasiswa fakultas hukum berdebat bagaikan pengacara. (ket.sebab)
42) Karena
malas belajar,
mahasiswa itu tidak lulus ujian. (ket.sebab)
43) Murid TK berpegangan tangan satu sama lain sambil bernyanyi
gembira. (ket.kesalingan)
2.3
Struktur
Kalimat
Menurut
bentuknya, kalimat bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yakni kalimat
tunggal dan kalimat majemuk. Ada pula yang menyebut sebagai kalimat dasar dan
kalimat majemuk, atau kalimat sederhana dan kalimat luas. Memang ada pula yang
beranggapan bahwa kalimat dasar tidak selalu berupa kalimat tunggal.
2.3.1
Struktur
Kalimat Dasar
Kalimat dasar,
atau kalimat tunggal, kalimat sederhana adalah kalimat yang hanya memiliki satu
subjek dan satu predikat. Fakta kebahasan demikian itulah yang menyebabkan
kalimat tersebut disebut sebagai kalimat tunggal. Kalimat dasar dapat berwujud
tiga macam, kalimat tunggal murni, seperti pada bentuk, ‘Adik tidur.’ Kalimat dasar dapat pula berupa kalimat yang diperluas
dengan keterangan tertentu, misalnya ‘Adik
menangis di pinggir kebun belakang.’ Sekalipun mungkin bentuk kebahasaannya
panjang, Karen kalimat tersebut hanya terdiri dari satu subjek dan satu
predikat, maka kalimat demikian itu disebut sebagai kalimat tunggal. Dalam
bahasa Indonesia dikenal 6 struktur atau pola kalimat tunggal, yakni:
1. Subjek
(KB) + predikat (KK)
2. Subjek
(KB) + predikat (KK) + Objek (KB)
3. Subjek
(KB) + predikat (KK) + Objek (KB) + Objek (KB)
4. Subjek
(KB) + predikat (KS)
5. Subjek
(KB) + predikat (K.Bil)
6.
Subjek (KB) + predikat (KB)
Pola-pola
kalimat tunggal yang berjumlah enam di atas itu dapat diperluas untuk
mendapatkan struktur yang bermacam-macam dan lebih panjang. Demikian pula
struktur yang disebutkan di depan itu dapat juga dimodifikasi susunannya,
sehingga dapat ditemukan struktur kalimat dengan pola yang baru.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sesungguhnya kalimat tunggal yang bermacam-macam di dalam
sebuah karangan itu selalu dapat ditarik kembali pola susunannya dan pasti akan
termasuk di dalam satu pola yang disebutkan di depan itu. Implikasi yang harus
ditangkap oleh para mahasiswa yang sedang belajar menulis dan meneliti adalah
bahwa orang tidak perlu mudah menganggap rumit kalimat yang panjang-panjang.
Demikian pula
sebaliknya, kalimat-kalimat panjang yang akan Anda susun sendiri itu, sudah
mengandung pola dasar kalimat tunggal sebagaimana ditunjukkan di depan.
Contoh-contoh kalimat berikut berstruktur tunggal atau sebagai kalimat tunggal.
Cermatilah dengan baik!
7. Adik
sedang tidur
8. Orang
yang dating sebanyak 10 orang.
9. Mereka
tidak pernah merasa nyaman.
2.3.2
Poal
Kalimat Majemuk
2.3.2.1
Kalimat
Majemuk Setara
Pola kalimat majemuk terdiri dari kalimat majemuk
setara dan bertingkat. Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda. (1)
Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan. Kalimat
majemuk setara ada 4 macam, yaitu: (a) setara gabungan menggunakan kata dan, serta; (b) setara pilihan
menggunakan kata atau; (c) setara
urutan menggunakan kata lalu, lantas, dan
kemudian; dan (d) setara perlawanan menggunakan kata tetapi.
Cermatilah
perbedaan dan kesamaan kalimat majemuk setara berikut ini.
a. Kalimat
majemuk setara gabungan menggunakan: dan,
serta
Dosen
menerangkan kalimat majemuk dan mahasiswa
mendengarkannya dengan cermat.
Dosen
serta mahasiswa bekerja secara
kreatif dan inovatif.
b. Kalimat
majemuk setara pilihan menggunakan atau
Anda
pergi kekampus atau menghadiri
seminar?
Anda
harus kuliah dengan nilai yang tinggi atau
tidak usah kuliah.
c. Kalimat
majemuk setara urutan menggunakan lalu,
lantas, kemudian.
Ia
pulang lalu pergi menjemput anaknya.
Kami
menyelesaikan kuliah lantas bekerja.
Kami
bekerja dan menabung kemudian mengawali
bisnis ini.
d. Kalimat
majemuk setara perlawanan menggunakan tetapi,
melainkan, sedangkan
Mahasiswa
itu mengharapkan nilai ujian yang tinggi, tetapi
malas belajar.
Ia
bukan pandai melainkan rajin.
Orang
itu giat bekerja, sedangkan adiknya
malas.
2.3.2.2
Kalimat
Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis
anak kalimatnya. Kalimat majemuk bertingkat ada 8 macam, dibedakan berdasarkan
jenis anak kalimat (AK).
(1) AK
keterangan waktu menggunakan kata ketika,
waktu, saat, setelah, sebelum;
Mereka
segera mencari peluang kerja setelah menyelesaikan studinya.
Waktu
diangkat sebagai pejabat, ia belum menunjukkan kewibawaannya.
(2) AK
keterangan sebab menggunakan kata sebab, lantaran, karena
Lalu
lintas macet karena karyawan di
sekitar jalan itu pulang bersamaan.
Orang
itu meninggal karena menderita sakit
jantung.
(3) AK
keterangan hasil (akibat) menggunakan
kata hingga, sehingga, akhirnya;
Tsunami
itu dating tiba-tiba akibatnya
puluhan ribu penduduk tewas.
Pengusaha
itu bekerja keras sehingga berhasil
mendapatkan untung besar.
(4) AK
keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila, kalau, andaikata;
Andaikata engkau
memenangkan lomba itu, bagaimana perasaanmu?
Saya
akan santuni orang miskin apabila
mendapatkan uang sebanyak itu.
(5) AK
keterangan tujuan menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna;
Agar rakyat
makmur, kita harus memberikan penyuluhan kerja yang kreatif.
Kita
harus bekerja keras demi masa depan
yang gemilang.
(6) AK
keterangan cara menggunakan kata dengan, dalam;
Dosen
itu menerangkan masalah tersebut dengan
pendekatan ilmiah.
Dalam menghadapi
kesulitan tersebut ia menerima dengan kesabaran.
(7) AK
keterangan posesif menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun;
Biarpun baru
pukul setengah enam, saya sudah berangkat ke kantor.
Saya
akan berupaya meningkatkan kualitas kerja meskipun
sulit diujudkan.
(8) AK
keterangan pengganti nomina
menggunakan kata bahwa;
Presiden
menegaskan bahwa bangsa Indonesia
harus menegakkan hukum.
2.3.2.3 Kalimat Majemuk
Gabungan Setara dan bertingkat
(1) Bangsa
Indonesia bekerja keras mengejar ketinggalan ekonomi setelah krisis politik
berkepanjangan dan krisis keamanan mulai membaik.
(2) Kinerja
bisnis mulai membaik dan perkembangan ekonomi mulai stabil setelah berhasil
melangsungkan pemilu secara demokrasi.
2.4
Kalimat Efektif
a. Kesepadanan
dan kesatuan gagasan
kalimat biasanya terdiri dari subjek, predikat,
objek, dan keterangan. Kesepadanan artinya hubungan timbal balikantara subjek
dengan keterangan-keterangannyayang menjelaskan unsur-unsur kalimat tersebut.
Kesepadanan arinya pikiran atau perasaan ide sama dengan kalimat yang diucapkan
atau ditulis. Kesatuan gagasan artinya bahwa sebuah kalimat harus utuh
mengandung satu ide pokok atau satu pikiran (tidak menimbulkan salah paham).
Biasanya jika sepadan dengan pikiran dan perasaan, kalimat dengan sendirinya
akan memiliki kesatuan gagasan.
Contoh
kalimat sepadan :
1. Dosen
sedang menyampaikan perkuliahan bahasa Arab(benar)
Kalimat
ini sepadan karena kalimatnya utuh dan lengkap.
2. Bagi
dosen sedang menyampaikan perkuliahan bahasa Arab(salah)
Kalimat
ini tidak sepadan dan tidak jelas kesatuan gagasannya karena tidak lengkap,
tidak mempunyai subjek.
b. Kelogisan
Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah kalimat
untuk menyatakan sesuatu dengan logika. Sebuah kalimat memiliki kelogisan jika
masuk akal.
Contoh
kalimat:
1. Pencuri
berhasil ditangkap polisi (salah)
2. Polisi
berhasil menangkap polisi (benar)
c. Keparelelan
Keparelelan atau kesejajaran adalah kesamaan
unsur-unsur yang digunakan secara konsisten dalam satu kalimat. Jika verba yang
digunakan, unsur yang lain juga verba. Demikian pula, jika nomina yang
digunakan, unsur yang lain juga nomina. Jika aktif yang digunakan, yang lain
juga harus aktif. Demikian pula sebaliknya.
Contoh
:
Belajar, bergurau: Dia tidak
belajar, melainkan bergurau.
d. Penekanan
atau penegasan
Penekanan atau
ketegasan ialah penonjolan pada pokok kalimat.
e. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif
adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain, yang dianggap tidak
perlu.
Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan.
f. Kepaduan
(Koherensi)
Kepaduan adalah
adanya hubungan yang padu (koheren) antara unsur kalimat. Satu unsur dengan
unsur yang lain tidak boleh diselingi oleh kata yang tidak penting dan letak
kata dalam kalimat tidak boleh dipertukarkan.
g. Kecermatan
Yang
dimaksud dengan cermat adalah kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan
tepat dalam pilihan kata.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
3.2 Saran
Kalimat
merupakan hal yang pokok untuk kita ketahui sebagai manusia yang ingin
berkomunikasi dan membutuhkan orang lain umumnya dan juga sebagai mahasiswa dan
pelajar umumnya, karena baik langsung maupun tidak langsung, baik disengaja
ataupun tidak mahasiswa setiap hari bergelut dengan kalimat. Misalnya saja
apabila kita membuat karya tulis dan karya sastra lainya harus mempunyai
pengetahuan yang matang tentang penggunaan kalimat yang baik, benar dan
berbobot serta bisa dimengerti oleh penulis dan pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Damayanti,
Rini dan Tri Indrayanti. 2015. Bahasa
Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Victory Inti Cipta
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi.
Hs, Widjono. Revisi 2012. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Rahardi, R. Kunjana.
2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta:
Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar