“Penalaran Deduktif (SILOGISME)”
Yang Diajukan untuk menulis salah satu
tugas
mata kuliah : Bahasa Indonesia
Disusun
Oleh :
Alvian
Mitha Septiana
(1584202083)
Dosen
Pembimbing :
Haerudin
M.pd
Program Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Tangerang
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Bahasa Indonesia” .Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Yang membahas tentang “Penalaran Deduktif (SILOGISME)”, penalaran
deduktif (silogieme) ini dilihat dari dalam kehidupan sehari-hari. Semoga
makalah ini akan menjadi pembangkit minat pembaca mengenai penalaran deduktif
(silogieme) sendiri.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia dan
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.
Penulis banyak mengharapkan bahwa makalah ini dapat berguna
bagi seluruh pembaca tentang penalaran Deduktif (silogisme) ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Hormat kami,
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................2
DAFTAR ISI ....................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................4
1.2 Rumusan
Masalah .........................................................................5
1.3 Tujuan
...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penalaran Deduktif ......................................................................6
2.2 Bentuk Standar Silogisme .............................................................6
2.3 Struktur
Silogisme..........................................................................7
2.4 Prinsip Dasar
Silogisme.................................................................8
2.5 Jenis-Jenis
Silogisme.....................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .....................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Berfikir adalah kegiatan manusia yang ada sejak manusia
lahir hingga manusia
meninggal dunia. Kegiatan berfikir menggunakan
akal sebagai medianya. Dan karena kemampuan berfikirlah, manusia dilebihkan
oleh Allah dari pada malaikat dan syaitan, serta makhluk-maklhuk lainya untuk
mengurus bumi. Sangat jelas sekali perbincangan Allah dengan makhluk-Nya yang
diabadikan dalam Surat Al-Baqoroh ayat 30 – 34, bahwa manusialah yang
ditakdirkan menjadi wakil Tuhan untuk mengurus bumi. Dan dalam surat At-Tien
ayat 4, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam sebaik-baik
ciptaan-Nya. Karena apa manusia dikatakan makhluk Allah yang sempurna,
jawabannya adalah karena kemampuan manusia untuk menggunakan akalnya atau
berfikir.
Dalam berfikir, manusia dihadapkan dengan
banyak persoalan-persoalan yang memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan.
Dengan berbedanya manusia yang memikirkan, maka berbeda pula hasil dari
pemikirannya tersebut. Dengan adanya kesalahan tersebut, maka dampak yang
diakibatkan semakin besar, misalnya jika hasil pemikiran yang salah dijadikan
dasar dalam kehidupan sehari-hari, maka manusia akan melakukan apapun sesuai
dengan pemikirannya sendiri dan saling sesat dan menyesatkan. Oleh karena itu,
untuk meminimalisir kesalahan dalam berfikir atau menarik kesimpulan, maka para
ilmuan menciptakan kaidah berfikir yang disebut dengan ilmu logika.
Dalam pembahasan ini, penulis membahas masalah bagaimana
menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan ada dua metode diantaranya metode
induktif dan deduktif. Khusus bahasan makalah ini, adalah masalah penarikan
deduktif atau silogisme. Untuk lebih jelasnya, penulis membahasnya dalam bab II
Pembahasan.
1.2 Rumusan Masalah
2.
Apa saja bentuk standar Silogisme ?
3.
Apa saja struktur Silogisme dan Pola
dasarnya ?
4.
Apa saja Prinsip Silogisme ?
5.
Apa saja yang disebut Jenis-Jenis
Silogisme ?
1.3 Tujuan
1.
Menjelaskan yang dimaksud dengan
Penalaran Deduktif
2.
Menyebutkan apa saja bentuk standar
Silogisme
3.
Menjelaskan dan menyebutkan struktur
dan pola Silogisme
4.
Menjelaskan prinsip Silogisme nya
5.
Menyebutkan apa saja jenis-jenis
Silogisme
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Penalaran Deduktif
Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk
menghubungkan-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
simpulan dan juga berfikir secara logis yang diawali dengan penyajian dan diakhiri
oleh simpulan khusus yang berupa prinsip.
Deduktif
adalah deduksi yaitu: penarikan kesimpulan dari yang umum ke yang khusus
Dan Penalaran Deduktif merupakan
metode untuk menarik kesimpulan dengan menghubungkan data-data yang bersifat
umum, kemudian dijadikan suatu simpulan atau fakta yang khusus.
2.2 Bentuk Standar Silogisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, silogisme
adalah bentuk, cara berfikir atau menarik kesimpulan yang terdiri atas premis
umum, premis khusus, dan kesimpulan.
Dalam
silogisme terdapat dua premis dan satu simpulan. Premis merupakan pernyataan
yang dijadikan dasar untuk menarik simpulan. Premis umum = Premis Mayor dan
Premis khusus = Premis Minor
Premis umum (PU) : berisi pernyataan yang menyatakan semua
anggota kelompok atau kumpulan sesuatu yang memiliki sifat atau ciri tertentu.
Premis minor (PK) : menyatakan seseorang atau sesuatu
anggota kelompok atau kumpulan sesuatu
itu.
Kesimpulan (K) :
menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok sesuatu itu memiliki sifat
atau ciri tertentu.
Rumus Silogisme:
PU : semua A = B
PK : semua C = A
K :
semua C = B
Contoh Silogime :
( A) Premis mayor :
Semua binatang punya mata
( B) Premis minor :
serigala termasuk binatang
( C) Kesimpulan :
serigala punya mata
=
Kesimpulan diambil dari subjek minor dan predikat mayor.
2.3
Struktur Silogisme
Silogisme
tersrtuktur dari tiga proposisi, dua proposisi yang disajikan dan satu
proposisi yang diambil kesimpulan dari kedua proposisi tersebut. Proposisi yang
disajikan namanya premis. Proposisi yang ke tiga dinamakan konklusi.
Predikat Konklusi dinamakan premis mayor, dan subjek konklusi dinamakan premis
minor. Dan term antara kedua preposisi dinamakan term penengah.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam silogisme:
Premis mayor disajikan terlebih dahulu daripada premis
minor.
Term penengah dilambangkan dengan M
Term Mayor dilambangkan dengan P
Term minor dilambangkan dengan S
Pola
dasar silogisme
a.
Term middle adalah subyek premis dari mayor dan predikat
premis dari minor.
Contoh :
Semua yang dilarang Tuhan mengandung bahaya
Mencuri dilarang Tuhan
Mencuri mengandung bahaya
b.
Term middle adalah predikat dari kedua premis mayor dan
minor.
Contoh :
Semua makhluk hidup membutuhkan air
Tidak ada tumbuhan kering membutuhkan air
Jadi, tidak satupun tumbuhan kering adalah makhluk hidup
c.
Term middle adalah subyek dari kedua premis mayor dan minor.
Semua politikus adalah pandai bicara
Sebagian politikus adalah sarjana
Beberapa sarjana adalah pandai bicara
d.
Term middle adalah predikat dari premis mayor dan subjek
dari premis minor.
Semua pendidik adalah manusia
Semua manusia akan mati
Sebagian yang akan mati adalah pendidik
2.4 Prinsip dasar silogisme[1][3]
Terdapat dua buah hukum dasar
silogisme, diantaranya:
a. Apabila
ada dua buah term yang keduanya saling berhubungan dengan term lain, maka kedua
term tersebut saling berhubungan pula. Contoh
A=C, B=C, sehingga A=B. dalam kalimat:
Besi adalah logam yang sangat berguna
Besi adalah logam yang murah
Jadi, logam yang sangat berguna adalah logam yang paling
murah
b. Apabila
ada dua buah term, salah satu diantaranya mempunyai hubungan dengan term ke
tiga dan term yang satu lainnya tidak, maka kedua hubungan tidak mempunyai
hubungan satu sama lain. contoh: A=C, B≠C, maka A≠B. contoh dalam kalimat:
Tidak seorangpun manusia yang sempurna di dunia ini
Ali adalah manusia
Jadi, Ali tidaklah sempurna di dunia ini
2.5 Jenis-jenis
Silogisme
Silogisme kategorial
Silogisme kategorial
adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi
premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis
yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis
tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
· Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
· Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
· Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik
adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan
premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme
hipotetik:
Contoh:
· Jika hujan saya naik becak (mayor)
· Sekarang hujan.(minor)
· Saya naik becak (konklusi
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
· Nenek Sumi berada di Bandung atau bogor.
· Nenek Sumi berada di bandung
· Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis
minor dan kesimpulan.
Contoh entimen:
· Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam
sayembara itu.
· Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak
menerima hadiahnya.
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Silogisme adalah cara penalaran deduktif yang
terdiri dari tiga proposisi; kedua proposisi sebagai premis dan yang satu
sebagai kesimpulan, dengan cara membandingkan term predikat (P) pada Premis
Mayor dengan term subjek (S) pada premis Minor, sehingga ditariklah sebuah
kesimpulan.
Dengan
demikian kita belajar berfikir tertib, jelas, tajam. Ini diperlukan karena
mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau
pernyataan yang telah kita lontarkan. Banyak orang merumuskan pendirian atau
membuat pernyataan yang apabila ditelaah lebih lanjut, sebenarnya pendirian
atau pernyataannya tadi kurang tepat atau kurang benar. Mungkin saja hal itu
karena tidak mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi atau tidak dapat
menilai kegunaan yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau. Akan
tetapi kita generasi penerus, proses pemikiran kita menurut kenyataannya
mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari
proses tersebut pemikiran kita lebih terbuka, tertib dan jelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Karomani. 2009. Logika. Yogyakarta:
Candi Gebang Permai Blok R/6
Soekadijo, R.G. 2003. Logika Dasar. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
http://hadirukiyah2.blogspot.com, 12/10/2013, 12.14.
0 komentar:
Posting Komentar