Sabtu, 19 Desember 2015

PENERAPAN KAIDAH BAHASA TULIS

0



PENERAPAN KAIDAH BAHASA TULIS
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan Bahasa Indonesia yang Dibina oleh Haerudin, M.Pd.

Disusun oleh :
Aditya Hadi ( 1584202075 )
Deby Ratulia ( 1584202165 )
Indah Permata Sari ( 1584202117 )
Nurul Isnaini Wahida ( 1584202157 )
Rafika Dinda ( 1584202081 )
Ricki Kurniawan ( 1584202088 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TANGERANG
2015

KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat – Nya telah mengizinkan penulis menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “ Penerapan Kaidah Bahasa Tulis “. Makalah ini mengenai penggunaan ejaan dalam karya tulis. Meskipun secara umum bahasa memiliki sifat bebas, namun bahasa tetap memiliki aturan-aturan yang sebaiknya diikuti untuk mendapatkan penulisan ejaan dalam karya tulis yang benar dan tepat.
            Penggunaan tanda baca yang relatif banyak digunakan dalam karya tulis menimbulkan kesulitan pemahaman, terutama jika seseorang yang belum memahami penggunaan tanda baca yang tepat. Tidak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing atas arahan serta bimbingannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca, terutama dalam hal pengembangan pembelajaran Kaidah Bahasa Tulis.

Tangerang, 14 Desember 2015

Penulis







DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
2.    Rumusan Masalah
3.    Tujuan
4.    Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
1.      Penggunaan Huruf
2.      Penulisan Kata dan Partikel
3.      Pemakaian Tanda Baca

BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan
2.      Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB I PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang

Bahasa tulis memiliki karakteristik yang sangat jauh berbeda dengan karakteristik bahasa lisan. Didalam bahasa lisan, makna kalimat akan lebih mudah dipahami karena ada ekspresi pembicaraan, intonasi, dan gerak-gerik tubuh pembicara yang membantu pemahaman penyimak. Berbeda halnya dengan bahasa lisan, bahasa tulis tidak bias memanfaatkan hal-hal tadi. Untuk membantu menggambarkan maksud tulisan, penulis hendaknya menguasai tata cara penulisan agar tulisannya mudah untuk dipahami .
Materi penerapan kaedah bahasa tulis ini diarahkan untuk membantu mahasiswa dalam berekspresi dengan menggunakan bahasa tulis. Materi ini akan melliputi penjelasan serba singkat tentang penggunaan huruf kapital dan huruf miring tertib penulisan kata dasar, bentuk dasar, dan kata berimbuhan; dan aturan umum penggunaan tanda baca yang meliputi ketentuan penggunaan kata titik, tanda koma, titik koma, tanda seru, dan lain-lain.

2.     Rumusan Masalah

2.1   Bagaimana cara penggunaan huruf yang benar ?
2.2   Bagaimana cara penulisan kata dan partikel yang tepat ?
2.3   Bagaimana cara pemakaian tanda baca yang sesuai ?

3.     Tujuan

3.1   Agar pembaca memahami penggunaan huruf yang benar
3.2   Agar pembaca memahami cara penulisan kata dan partikel yang tepat
3.3   Agar pembaca memahami cara pemakaian tanda baca yang sesuai

4.     Manfaat

4.1   Pembaca  dapat memahami penggunaan huruf yang benar
4.2   Pembaca dapat memahami cara penulisan kata dan partikel yang tepat
4.3   Pembaca dapat memahami cara pemakaian tanda baca yang sesuai


BAB II PEMBAHASAN

1.     Penggunaan Huruf

1.1  Huruf  Kapital
Huruf kapital atau besar digunakan sebagai huruf pertama unsur: nama, singkatan, gelar,nama diri, hari, bulan, tahun, kota, dan negara.
Contoh:
a.       Dr. Haryadi Pusposudarmomo, S.H.
b.      Dia dilahirkan pada hari Senin, tanggal 3 November 1987, di Rumah Sakit Al Islam, Bandung, Jawa Barat.
c.       Menteri Luar Negeri Iran, Thareq Azis, selama dua pekan melakukan kunjungan balasan ke Indonesia, Filiphina, dan Malaysia.

1.2  Huruf Miring
Huruf ‘miring’ italic dalam cetakan termasuk pengetikan dengan computer dipakai untuk menuliskan nama judul buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan, termasuk dalam penulisan daftar pustaka. Dalam tulisan tangan atau ketikan biasa kata-kata yang harus ditulis dengan huruf miring ditandai oleh garis bawah.
Contoh yang salah :
a.       Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa telah menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
b.      Buku Bahasa dan Kekuasaan disusun oleh Yudi Latif dan Idi Isbandy.
c.       Berita itu sudah saya baca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata.
Contoh  yang benar :
a.       Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa telah menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
b.      Buku Bahasa dan Kekuasaan disusun oleh Yudi Latif dan Idi Isbandy.
c.       Berita itu sudah saya baca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata
.
1.3  Huruf Tebal
Huruf tebal digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau petikan yang akan dicetak tebal, diberi garis bawah ganda. Huruf tebal ini berfungsi untuk menandai kata-kata yang dianggap penting, atau perlu mendapat perhatian, seperti : judul dan subjudul dalam karangan, nama (judul) tabel, atau kata yang menuntut perhatian khusus.
Contoh :
BAB I PENDAHALUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Masalah
1.3  Tujuan Penulisan
1.4  Pembahasan Masalah

2.     Penulisan Kata

2.1  Penulisan Kata Dasar
Penulisan kata dasar sering dihadapkan pada penulisan baku dan tidak baku. Penulisan karangan ilmiah, karangan yang didokumentasi, dan surat-menyurat resmi harus menggunakan kata baku.
Contoh :
Baku
Tidak Baku
Baku
Tidak baku
Aerobic
Erobik
Kualitas
Kwualitas
Akuarium
Aquarium
Kuantitas
Kwantitas
Alquran
alkuran
kuintasi
kwitansi
Apotek
apotik
kurva
kurve
Arkais
arkhais
metode
metoda
Atlet
atlit
misi
missi
Biaya
beaya
objek
obyek

2.2  Penulisan Kata Ulang

Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan, hendaknya di batasi pada tulisan cepat atau pencatatan internal saja. Pada tulisan-tulisan resmi kata ulang itu harus ditulis secara lengkap.
Baku
Tidak baku
Jalan-jalan
Jalan2
Dibesar-besarkan
di-besar2-kan
Menulis-menulis
Me-nulis2-kan
Gerak-gerik
Gerak gerik
Sayur-mayur
Sayu mayor


2.3  Gabungan Kata

Gabungan kata-termasuk yang lazim disebut kata majemuk-bagian-bagiannya ditulis terpisah. Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, gabungan itu haruslah dituliskan serangkai dengan unsur lainnya. Bandingkanlah bentuk baku dan tidak baku.

Baku
Tidak baku
Ibu kota
Ibukota
Tata bahasa
Tatabahasa
Kerja sama
Kerjasama
Duta besar
Dutabesar
Bulu tangkis
Bulutangkis


2.4  Penulisan Kata Ganti

Kata ganti dalam bahasa Indonesia, seperti aku,saya, kita, kau, kamu, engkau, dia, dan mereka yang digunakan secara lengkap seperti itu harus ditulis terpisah. Akan tetapi, kata ganti yang dipendekkan : aku mejadi – ku, kamu menjadi – mu, engkau menjadi kau- atau dia menjadi-nya harus ditulis serangkai kata ganti ku- dank kau-dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan –ku, -mu, dan –nya dituliskan serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
Benar : kauamati, kuperjuangkan, bukumu, bukunya
Salah : kau amati, ku perjuangkan, buku mu, buku nya.

2.5  Penulisan Kata Depan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikuti, kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah padu benar, seperti kepada dan dari pada.
Contoh :
a.       Di mana ada Romi, di situ ada Yuli .
b.      Ibu sedang memasak di dapur.
c.       Saya pergi ke pasar.

2.6  Penulisan Kata Serapan

Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah. Unsure serapan dari bahasa asing dapat dikelompokkan menjadi dua jenis. Pertama, unsur asing yang sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia tetapi tulisan dan ucapannya masih seperti bahasa aslinya.
Contoh :
Reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I’homme par I’homme.

Kedua, unsure asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini hanya dilakukan penyesuaian ejaan seperlunya.
Contoh :
Kata Asing
Pennyerapan yang Salah
Penyerapan yang Benar
System
Sistim
System
Effective
Effektif, effektip
Efektif
Technique
Tehnik
Teknik
Echelon
Esselon
Eselon
Method
Metoda
Metode

2.7  Penulisan Lambang Bilangan

a.       Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi.
Angka digunakan untuk menyatakan :
1)      Ukuran panjanng, berat dan isi;
2)      Satuan waktu, dan;
3)      Nilai uang;
b.      Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut ini. Bandingkan bentuk baku dan tidak baku.

Tidak Baku
Baku
Duaratus tigapuluh lima orang
Dua ratus tiga puluh lima orang
Seratus empatpuluh delapan
Seratus empat uluh delapan
Satu dua per tiga
Satu dua pertiga
Satu dua per sepuluh
Satu dua persepuluh
Delapan tiga per lima
Delapan tiga perlima
c.       Penulisan kata bilanggan tingkah dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
Contoh
Bentuk tidak baku
1.      Abad XX ini di kenal juga seebagai abad teknologi.
2.      Abad ke – 20 ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
3.      Abad kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
Bentuk baku
1)      Abad XXI ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
2)      Abad ke-21 ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
3)      Abad kedua puluh satu ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
d.      Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an dan lambang bilangan yang dapat dinyatakkan dengan satu-dua kata, bila ditulis dengan huruf mengikuti cara sebagai berikut
Contohnya:
1) angkatan 50-an
2) keluaran tahun 70-an
3) burhan membeli tiga belas ekor ayam jantan

3.     Pemakaian Tanda Baca

3.1  Tanda titik (.)

Tanda titik digunakan untuk mengakhiri kalimat, singkatan nama rang, singkatan yang sudah umum dan singkatan gelar, pangkat dan jabatan .
Contohnya:
a.       Dkk. A.n. d.a. tsb. Dsb. S.d.
b.      Sdr. Ketua yang terhormat.
c.       Dr.(doktor), dr.(dokter), Drh. (dokter hewan), Drg. (dokter gigi).



3.2    Tanda Koma (,)

Ada dua ketentuan yang menyangkut pemakaian tanda koma dalam tulisan, yaitu : (1) tanda koma wajib digunakan dan (2) tanda koma tidak boleh digunakan.


1.                  Tanda koma wajib digunakan untuk kalimat unsure – unsure dalam suatu pembilanggan dan pada kalimat majemuk.
Contoh :
A.    Air kelapa diberi bumbum lengkuas, daun salam, bawang putih dan garam.
B.     Dosen menerangkan EYD, dan mahasiswa memperhatikan materi tersebut penuh semangat.
C.     Ia memilih melanjutkan studi ke Jerman, kemudian ia melaporkan pilihannya itu kepada rector di unuversitasnya.

2.                  Tanda koma tidak di gunakan pada kalimat majemuk bertingkat diawali dengan induk kalimat.
Contoh :
Ia membatalkan rencana itu karena harus menyelesaikan tugasnya.

3.3   Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai penganti kata penghubung.
Contoh :
Ayah membaca Koran di ruang tamu; Ibu mengurus tanaman bunga dikebun.

3.4   Tanda Titik Dua (:)
Titik dua sering digunakan secara tepat, terutama dalam kalimat yang menggandung rincian. Hal itu tidak akan terjadi jika para penulis memperhatikan kaidah berikut.
A.    Tanda titik ddua digunkan pada kalimat lengkap yang diberi rincian berupa kata atau prasa.
B.     Titik dua tidak digunakan sebelum rincian yang merupakan pelengkap kalimat yang mengakhiri pernyataan.
C.     Titik dua harus diganti dengan titik satu pada kalimat lengkap yang diikuti suatu rincian berupa kalimat lengkap, dan tanda akhir rincian diakhiri.

3.5  Tanda Hubung ( - )

Tanda hubung digunakan untuk (a) memperjelas hubungan antara bagian-bagian ungkapan ; (b) untuk merangkaikan se- dengan kata yang berhuruf awal huruf capital; ( c ) merangkaikan ke- dengan angka penunjuk bilanggan tingkat; ( d ) perangkai angka dengan akhiran- an; dan ( e ) untuk merangkaikan afisk- awalan dengan kata yang berhurup awal huruf kapital atau hurup kapital singkatan.

3.6  Tanda Pisah ( - )

Tanda pisah diguunakan untuk mengapit kata atau kalimat yang disisipkan sebagai penjelasan; atau menegaskan adanya keterangan aposisi; atau keterangan lain sehingga kalimat menjadi semakin jelas. Bila dipakai diantara dua bilangan atau tanggal tanda pisah itu berarti ‘sampai dengan’; atau bila ditempatkan diantara nama dua kota berarti ‘ke’ atau ‘sampai’.

3.7  Tanda Petik (“…”)

Tanda petik digunakan untuk mengapit kutipan langsung yang kurang dari lima baris; untuk menandai judul artikel, judul lagu, judul syair, dan mengapit suatu kata atau istilah yang mempunyai ati khusus.




3.8  Tanda Petik Tunggal (‘…’)

Tanda petik atau tanda kutip tunggal digunakan untuk mengapit kata bahasa Indonesia yang merupakan padanan kata bahasa asing yang dituliskan bersama-sama. Kata asingnya dicetak miring kata padanannya diapit oleh dua tanda petik tunggal.




















BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

                              Bahasa tulis memiliki karakteristik yang sangat jauh berbeda dengan karakteristik bahasa lisan. Didalam bahasa lisan, makna kalimat akan lebih mudah dipahami karena ada ekspresi pembicaraan, intonasi, dan gerak-gerik tubuh pembicara yang membantu pemahaman penyimak. Dalam penerapan kaedah bahasa tulis kita dapat memperhatikan beberapa hal seperti memperhatikan cara penulisan yang baik dan benar,tanda baca yang benar,lalu kita harus memperhatikan kata dasar.

3.2                         Saran

                              Saran yang ingin penulis sampaikan adalah pemahaman tentang kaidah bahasa tulis yang benar kiranya dapat membantu kita untuk meningkatkan kualitas berbahasa yang baik. Dengan demikian,kita dapat menggunakan penulisan yang baik dan benar saat kita membuat suatu karya tulis.











DAFTAR PUSTAKA

Tim Kebahasaan PGSD. 2013. Bahasa Indonesia. Tamgerang : Universitas Muhammadiyah Tangerang
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Erlangga
Daeng Nurjamal dkk. 2014. Terampil Berbahasa. Bandung : Alfabeta
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia. Cetakan ke-3 edisi revisi 2012. Jakarta : Grasindo

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com