MAKALAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
BAKU DAN TIDAK BAKU
NAMA : RICKY KURNIAWAN
(1584202088)
FKIP MATEMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Bahasa
Indonesia” ini dengan baik. Kami juga sangat berterima kasih kepada Haerudin M.Pd yang telah membimbing
kami dalam menyusun makalah ini.
Adapun tujuan kami menulis makalah ini yaitu agar kita
mengetahui mengenai bahasa Indonesia baku serta penggunaannya baik di dalam
proses pembelajaran maupun di dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada manusia yang sempurna. Kami menyadari masih
terdapat banyak kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata
bahasa di dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara
luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara
komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa
masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa
yang baik dan benar. Mereka tidak mampu membedakan antara bahasa yang baku dan
yang nonbaku. Pateda (Alwi, 1997:30) mengatakan bahwa, “Kita berusaha agar
dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi
yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku.”
Slogan “Pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan
benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu
hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa
di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Demikian juga, masih ada
cibiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan pemerintah agar bangsa ini dapat
diseragamkan dalam bertindak atau berbahasa. “Manakah ada bahasa baku,
khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalah ada bahasa Indonesia lisan baku”?
“Manalah ada masyarakat atau orang yang mampu menggunakan bahasa baku itu,
sebab mereka berasal dari daerah.’’ Atau mereka masih selalu dipengaruhi oleh
bahasa daerahnya jika mereka berbahasa Indonesia secara lisan. Dengan gambaran
kondisi yang demikian itu, di dalam bab ini dibahas tentang pengertian bahasa
baku, pengertian bahasa nonbaku, pengertian bahasa Indonesia baku, fungsi
pemakaian bahasa baku dan bahasa nonbaku. Terakhir, akan dibahas tentang ciri-ciri
bahasa baku dan bahasa nonbaku, serta berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bahasa Baku
Bahasa merupakan alat komunikasi
penting yang dapat menghubungkan seseorang dengan yang lainnya. Keraf (2005:54)
menyebutkan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai
alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Pada
kaidah bahasa Indonesia terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa
tidak baku.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard
language dalam bahasa Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik
pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk
pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930, B. Havranek
dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian
bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi,
diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara
luas.
Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan
ketetapannya telah ditentukan oleh negara. Baku berarti bahasa tersebut
tidak dapat berubah setiap saat. Baku atau standar beranggapan adanya
keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi
bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa
baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa
tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan pada
sistem pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semua
konteks resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang
yang menggunakan bahasa tidak baku dan sesuka hati.
Berdasarkan pengertian di atas, bahasa baku adalah bahasa
standar yang benar dan digunakan oleh suatu masyarakat pada suatu negara.
Bahasa baku atau standar itu harus diterima dan berterima bagi masyarakat
bahasa.
B.
Pengertian Bahasa Tidak Baku
Bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang berkode berbeda
dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam
bahasa nonbaku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar,
dan tulisan pribadi buku harian. Ragam bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur,
yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam
percakapan.
C.
Pengertian Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa
Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan
atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas. Bahasa
Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak
dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat
Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.
D.
Fungsi Bahasa Baku
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:15) bahasa baku
mendukung empat fungsi, yaitu:
- Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bangsa.
- Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Melalui fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan.
- Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri. Penutur atau pembicara (masyarakat) yang mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.
- Fungsi kerangka acuan. Sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah (yang dikodifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau golongan.
E.
Fungsi Bahasa Tidak Baku
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam
kehidupan santai (tidak resmi) sehari-hari yang biasanya digunakan pada
keluarga, teman, dan di pasar. Fungsi penggunaan bahasa nonbaku adalah untuk
mengakrabkan diri dan menciptakan kenyamanan serta kelancaran saat
berkomunikasi (berbahasa).
F.
Ciri-ciri Bahasa Baku dan Tidak Baku
- Ciri Bahasa Baku
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku
terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Ragam bahasa baku memiliki sifat
kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar
tidak dapat berubah setiap saat.
b. Memiliki sifat kecendikian.
Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar
mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
c. Baku atau standar beranggapan adanya
keseragaman. Proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman
kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.
2. Ciri-ciri
lain bahasa baku adalah:
a. tidak terpengaruh bahasa daerah;
b. tidak dipengaruhi bahasa asing;
c. bukan merupakan ragam bahasa
percakapan sehari-hari;
d. pemakaian imbuhannya secara
eksplisit;
e. pemakaian yang sesuai dengan konteks
kalimat;
f. tidak terkontaminasi dan tidak
rancu.
3. Ciri Bahasa Tidak Baku
Bahasa nonbaku juga memiliki ciri khas yaitu:
1. walaupun terkesan berbeda dengan
bahasa baku, tetapi memiliki arti yang sama.
2. dapat terpengaruh oleh perkembangan
zaman.
3. dapat terpengaruh oleh bahasa asing.
4. digunakan pada situasi santai/tidak
resmi.
G.
Pemakaian Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku dengan Baik dan Benar
Bahasa Indonesia baku dan nonbaku mempunyai kode atau ciri
bahasa dan fungsi pemakaian yang berbeda. Kode atau ciri dan fungsi setiap
ragam bahasa itu saling berkait. Bahasa Indonesia baku berciri seragam,
sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam. Pemakaian bahasa yang
mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap baku adalah pemakaian
bahasa Indonesia baku dengan benar. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia
baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau
gramatikal bahasa baku.
Sebaliknya, pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar
adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal
baku, melainkan kaidah gramatikal nonbaku. Pemakaian bahasa Indonesia baku
dengan baik adalah pemakaian bahasa Indonesia yang mengikuti atau sesuai dengan
fungsi pemakaian bahasa baku. Pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan baik
adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti atau sesuai dengan fungsi
pemakaian bahasa Indonesia nonbaku.
Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik
baku maupun nonbaku saling mendukung dan saling berkait. Tidaklah logis ada
pemakaian bahasa Indonesia yang baik, tetapi tidak benar. Atau tidaklah logis
ada pemakaian bahasa yang benar tetapi tidak baik. Oleh karena itu, konsep yang
benar adalah pemakaian bahasa yang baik harus juga merupakan pemakaian bahasa
yang benar atau sebaliknya.
H.
Contoh Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku
Kita sering kesulitan menentukan kata yang baku dan kata
yang tidak baku. Berikut ini adalah daftar kata-kata baku bahasa Indonesia yang
disusun secara alfabetis.
No
|
Kata
Baku
|
Kata
Nonbaku
|
1.
|
Aktif
|
aktip,
aktive
|
2.
|
Alquran
|
Al-Quran,
Al-Qur’an, Al Qur’an
|
3.
|
Apotek
|
Apotik
|
4.
|
Azan
|
Adzan
|
5.
|
Cabai
|
cabe,
cabay
|
6.
|
Daftar
|
Daptar
|
7.
|
doa
|
do’a
|
8.
|
efektif
|
efektip,
efektive, epektip, epektif
|
9.
|
elite
|
Elit
|
10.
|
e-mail
|
email,
imel
|
11.
|
Februari
|
Pebruari,
February
|
12.
|
foto
|
Photo
|
13.
|
fotokopi
|
foto
copy, photo copy, photo kopi
|
14.
|
hakikat
|
Hakekat
|
15.
|
ijazah
|
ijasah,
izajah
|
16.
|
izin
|
Ijin
|
17.
|
jadwal
|
Jadual
|
18.
|
Jumat
|
Jum’at
|
19.
|
karena
|
Karna
|
20.
|
karismatik
|
Kharismatik
|
21.
|
kreatif
|
kreatip,
creative
|
22.
|
lembap
|
Lembab
|
23.
|
lubang
|
Lobang
|
24.
|
maaf
|
ma’af
|
25.
|
makhluk
|
Mahluk
|
26.
|
mukjizat
|
mu’jizat
|
27.
|
napas
|
Nafas
|
28.
|
nasihat
|
Nasehat
|
29.
|
objek
|
Obyek
|
30.
|
provinsi
|
propinsi,
profinsi
|
I.
Contoh kalimat baku dan tidak baku
1. Kalimat Tidak Baku
1. Semua peserta daripada pertemuan itu
sudah pada hadir.
2. Kami menghaturkan terima kasih atas
kehadirannya.
3. Mengenai masalah ketunaan karya
perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang terlebih dahulu
tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung
antara Regu A melawan Regu B.
6. Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
2. Kalimat Baku
1. Semua peserta pertemuan itu sudah
hadir.
2. Kami mengucapkan terima kasih atas
kehadiran Saudara.
3. Masalah ketunakaryaan perlu segera
diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang, tentukanlah tema
karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung
antara Regu A dan Regu B.
6. Kita memerlukan pemikiran untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
J.
Contoh-contoh Kesalahan
Berbahasa
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran
atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian
konversasi atau yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari
performasi bahasa orang dewasa.
Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang
dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa
dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan
kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error)
dan kekeliruan (mistake).
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat
kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun
pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan
pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan.
Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada
penulisan-penulisan ilmiah.
Contoh
1: Kesalahan antarbahasa (interlingual
errors)
v Dalam
Bahasa Inggris
Salah Benar
1. I like do it. I like
to do it
2. Jim doesn’t likes it. Jim doesn’t like
it.
3. I not craying. I am not
craying.
Adapun
kesalahan pada contoh satu (1) adalah tidak adanya kata pemisah diantara dua
kata kerja, yaitu like dan do yang seharusnya dipisahkan oleh
kata to. Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena kesalahan grammar
atau tata bahasanya, yaitu apabila sebuah kalimat itu negatif (ditandai oleh
kata doesn’t), maka kata kerja setelahnya (like) tidak boleh
ditambahkan oleh akhiran s atau es dan pada contoh tiga (tiga)
kesalahan yang terjadi adalah tidak terteranya to be (am)atau
kata bantu pada kalimat berpola present continous tense.
v Dalam
Bahasa Indonesia
Salah Benar
1. Saya suka
nonton bola. Saya
suka menonton bola.
2. Presiden resmikan
pabrik baru. Presiden
meresmikan pabrik baru.
3. Bapak ada
rumah. Bapak ada di
rumah.
Pada
contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan,
kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi
adalah akibat hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.
Contoh 2: Kesalahan antarbahasa (interlingual
errors)
adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata
mengacu pada kesalahan B2 yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa
ibu, tanpa menghiraukan proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal
yang menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam
struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa
ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan
interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa
pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2).
Contoh:
Salah Benar
1. Dia
datang Bandung dari. 1.
Dia datang dari Bandung.
2.
Makanan
itu telah dimakan oleh saya. 2.
Makanan itu telah saya makan.
3.
Tak apalah, it doesn’t matter. 3. Tak apalah, itu bukan
masalah.
4.
Te‛nang,
bu. 4.
Tenang, bu.
Pada
contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar
Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi
dalam bahasa Karo (Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena
tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat
Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka
seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa
Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan
unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke'dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “
It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah”
dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang
diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan
lemah, bukan keras.
Selain dari contoh diatas juga masih banyak lagi
contoh-contoh dan jenis-jenis kesalahan berbahasa yang tidak dapat dapat
pemakalah sampaikan pada makalah ini.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi
yang penting dalam kehidupan. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan isi
pikirannya kepada orang lain. Pada bahasa terdapat dua ragam bahasa, yaitu
bahasa baku dan bahasa nonbaku. Bahasa baku merupakan bahasa standar atau pokok
yang digunakan oleh masyarakat pada suatu negara. Sedangkan bahasa nonbaku
adalah bahasa yang berbeda dengan struktur atau gaya baku, dan biasanya
digunakan pada lingkungan atau keadaan tidak resmi.
Bahasa Indonesia juga memiliki bahasa baku dan nonbaku.
Bahasa Indonesia baku pada umumnya sesuai dengan pola SPOK dan biasanya
dipelajari di sekolah dan digunakan pada lingkungan dan keadaan yang resmi.
Begitupun dengan bahasa Indonesia nonbaku. Masing-masing bahasa baku dan
nonbaku memiliki fungsi dan ciri yang berbeda. Baik itu bahasa Indonesia baku
dan nonbaku sebaiknya digunakan dan dipakai dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Cavi. 2007. Linguistik. (http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2139737-kata-baku-dan-tidak-baku/#ixzz2LAFl0NSl) dilihat pada hari Kamis, 11 September 2014
Keraf, G. 1991. Tatabahasa
Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Menengah. Jakarta:
Gramedia.
Marmoet. 2010. Bahasa Baku dan
Tidak Baku. (http://marmoet5.blogspot.com/2010/10/bahasa-baku-dan-tidak-baku.html) dilihat pada hari Kamis, 11 September 2014
https://www.academia.edu/5782653/Makalah_Analisis_Kesalahan_Berbahasa
0 komentar:
Posting Komentar