Sabtu, 19 Desember 2015

PENALARAN DEDUKTIF (DWI)

0




PENALARAN DEDUKTIF (SILOGISME)
Diajukan untuk menulis salah satu tugas
mata kuliah : Bahasa Indonesia



                                                                                                                                                         

Disusun Oleh :
Dwi Novitasari ( 1584202046 )


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2015/2016





KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya, terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Silogisme”. Kemudian tak lupa pula kita hanturkan sholawat serta salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW . yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam ilmiyah yang penuh barakah ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen yang Terhormat bapak Haerudin M.pd sekalu pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Penulis banyak  berharap makalah ini dapat berguna bagi seluruh pembaca dan para pembaca semakin memahami akan Silogisme.
Dan pada akhirnya penulis mengucapkan mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini , maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.  










DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .....................................................................................2
DAFTAR ISI ....................................................................................................3


BAB 1 PENDAHULUAN

          1.1     Latar Belakang .............................................................................4
          1.2     Rumusan Masalah ........................................................................5
          1.3     Tujuan ...........................................................................................5
          1.4     Manfaat ................................. .......................................................5

BAB II PEMBAHASAN

          2.1 Pengertian Silogisme.........................................................................6
          2.2 Bagian-bagian Silogime ...................................................................7
          2.3 Macam-macam  Silogisme ...............................................................8

BAB III PENUTUP

          3.1 Kesimpulan ......................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Akal adalah fitrah yang Allah berikan untuk setiap manusia. Dengan adanya akal manusia menjadi unggul, karena dengan akal manusia dapat berfikir. Berfikir adalah kegiatan manusia yang ada sejak manusia lahir hingga manusia meninggal dunia. Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir dengan jelas, tajam, dan terang rumusannya.
Dalam berfikir, manusia dihadapkan dengan banyak persoalan-persoalan yang memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan. Manusia memiliki pemikiran yang berbeda-beda, maka tak heran jika banyak perbedaan didalam sebuah pemikiran. Oleh karena itu, untuk meminimalisir kesalahan dalam berfikir atau menarik kesimpulan, maka para ilmuan menciptakan kaidah berfikir yang disebut dengan ilmu logika atau biasa dikenal dengan silogisme. Silogisme dikembangkan oleh Aristoteles .
Dalam pembahasan ini, penulis membahasa masalah bagaimana menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan ada dua metode diantaranya metode deduktif dan induktif. Dan khusus pembahasan makalah ini adalah masalah penarikan metode deduktif atau silogisme. Untuk mengetahui lebih jelanya, penulis membahasnya dalam bab II Pembahasan.










1.2      Rumusan masalah
1.       Pengertian Silogisme
2.       Bagian-Bagian Silogime
3.       Macam-macam Silogisme


1.3      Tujuan
1.       Mengertahui pengertian Silogisme
2.       Mengetahui bagian-bagian Silogisme
3.       Mengetahui macam-macam Silogisme


1.4      Manfaat
1.       Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Silogisme
2.       Mahasiswa dapat mengetahui apa saja bagian-bagian dan macam-macam Silogisme dan menjadi tambahan ilmu pengetahuan kepada para pembaca.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk formal dari deduksi yang terdiri atas proposisi-proposisi kategorik. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Silogisme adalah bentuk, cara berpikir atau menarik simpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan simpulan. Dilihat dari bentuknya silogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara berfikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum.
Dalam silogisme terdapat dua proposisi dan satu simpulan. Kesimpulan silogisme ditarik dari proposisi I dengan bantuan proposisi II. Tanpa adanya proposisi II tidak dapat ditarik sebuah kesimpulan. Jadi kedua proposisi itu merupakan dasar bagi penarik sebuah kesimpulan.
Jadi tegasnya yang dinamakan silogime adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal). Dalam ilmu logika proposisi yang menjadi dasar penarikan kesimpulan disebut premis.  Premis merupakan pernyataan yang dijadikan dasar untuk menarik simpulan. Kedua premis itu adalah premis umum (premis mayor) dan premis khusus (premis minor).
Premis Mayor (umum)  :  berisi pernyataan yang menyatakan semua anggota    kelompok atau kumoulan sesuatu yang memiliki sifat atau ciri tertentu.
Premis Minor (khusus)   :  menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok atau kumpulan sesuatu itu
Simpulan (P)           :  menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok sesuatu itu memiliki sifat atau ciri tertentu
v  Kesimpulan diambil dari subjek minor dan predikat mayor.
Contoh silogisme 1 :
(A)   Premis Mayor (umum) = Semua manusia akan mati.
(B)   Premis Minor (khusus) = Si A adalah manusia.
(C)   Simpulan             = Si A akan mati.

Pada contoh diatas kita melihat adanya persamaan anatara keputusan pertama dengan keputusan kedua yakni sama-sama “manusia” dan salah satu dari keduanya universal (keputusan pertama) oleh karena itu nilai kebenaran drai keputusan ketiga sama dengan nilai kebenaran dua keputusan sebelumnya. Kesimpulan yang diambil bahwa “Si A akan mati” adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ditarik secara logis dari dua primis yang mendukungnya.  Sekiranya kedua primis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Apabila disalah satu primis ada yang negatif ,dinyatakan menurut penalaran ditidak dapat diambil kesimpulan. Dengan demikian maka ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran primis  mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Dan ketika salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak dipenuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.

2.2 Pada dasarnya silogisme mempunyai empat bagian :
1.       Bagian pertama adalah keputusan pertama, yang biasanya disebut premis mayor.
 Premis mempunyai arti kalimat yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan, ada juga yang mengatakan premis adalah kata-kata atau tulisan sebagai pendahulu untuk menarik suatu kesimpulan atau dapat juga diartikan sebagai pangkal pikiran.
Mayor artinya besar. Premis mayor artinya pangkal pikir yang mengandung term mayor dari silogismeitu, dimana nantinya akan muncul menjadi predikat dalam kesimpulan.
Contoh : (Semua manusia akan mati)

2.       Bagian kedua adalah keputusan kedua, yang umumnya disebut dengan premis minor.
Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung term minor (kecil) dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi subjek dalam kesimpulan.
Contoh : (Si A adalah manusia)

3.       Bagian ketiga adalah bagian-bagian yang sama dalam dua keputusan tersebut, yang biasanya disebut medium atau term menengah (middle term), karena ia terdapat pada kedua premis (mayor dan minor), maka bertindak sebagai penghubung (medium) anatar keduanya, tetapi tidak muncul dalam kesimpulan.

4.       Bagian keempat adalah keputusan ketiga yang disebut kongklusi atau kesimpulan, adalah merupaka keputusan baru (dari dua keputusan sebelumnya) yang mengatakan bahwa apa yang benar dalam mayor, juga benar dalam term minor. Semua manusia akan  mati, maka Si A yang menjadi bagian dari manusia adalah akan mati, jadi Si A akan mati.


2.3 Macam-macam Silogisme :
Penyimpulan deduksi yang telah kita ketahui sekedarnya dapat kita laksanakan melalui teknik-teknik, silogisme katagorik maupun bentuk standar. Silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung dikatakan demikian karena dalam silogisme kita menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenarannya diambil secara sintesis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu., yang tidak terjadi dalam penyimpulan Eduksi. Dan pasa saat ini Silogisme terdiri dari silogisme katagorik, silogisme hipotetik, dan silogisme diayungtif. Untuk lebih lanjut akan kami jelaskan berikut ini :

1.                  Silogisme Kategorial
Adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Adapun menurut KBBI simpulan berdasarkan silogisme kategorial adalah keputusan yg sama sekali tanpa berdasarkan syarat.
Contoh :
Premis Mayor : Semua tanaman membutuhkan air
                                                  M                          P
Premis Minor : Padi adalah tanaman
                                S                              M
Kesimpulan : Padi membutuhkan air
                                S              P
Keterangan         S : Subyek
                                P : Predikat
                                M : Middle term

2.         Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Adapun menurut KBBI silogisme hipotesis merupakan penarikan simpulan atau keputusan yg kebenarannya berdasarkan syarat tertentu.
Macam-macam tipe silogisme hipotesis:
   A.     Premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:     Jika hujan, saya naik becak.
                         Sekarang hujan.
                         Jadi saya naik becak.

    B.      Premis minornya mengakui bagian konsekuennya.

              Contoh:  Bila hujan, bumi akan basah.
                             Sekarang bumi telah basah.
                             Jadi hujan telah turun.



    C.      Premis minornya mengingkari antecedent.

              Contoh:  Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa,
                             maka kegelisahan akan timbul.
                              Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
                             Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

    D.     Premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.

              Contoh:   Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah
                              Pihak penguasa tidak gelisah.
                             Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.


    3.           Silogisme Disjungtif

  Adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disjungtif sedangkan premis minornya kategorik    
yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Adapun menurut KBBI silogisme disjungtif ini merupakan penarikan simpulan atau keputusan                berdasarkan beberapa kemungkinan kebenaran pernyataan, tetapi hanya salah satu pernyataan yg benar.

Silogisme ini terdiri dari dua macam: silogisme disjungtif dalam arti sempit dan silogisme disjungtif dalam arti luas.

Ø  Silogisme disjungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
              Contoh:   la lulus atau tidak lulus.
                              Ternyata ia lulus.
                              la bukan tidak lulus.

Ø  Silogisme disjungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
              Contoh:   Hasan berada di rumah atau di pasar.
                              Ternyata tidak di rumah.
                             Jadi Hasan berada di pasar.














BAB III
KESIMPULAN

Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi. Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan, menggolong-golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah. Dengan demikian kita belajar berfikir tertib, jelas, tajam. Ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan yang telah kita lontarkan. Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang apabila ditelaah labih lanjut, sebenernya pendirian atau pernyataan tadi kurang tepat atau kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaan yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau. Akan tetapi kita generasi penerus, proses pemikiran kita menurut kenyataan mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran kita lebih terbuka tertib dan jelas.















DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk.2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesesia.Jakarta:Balai
Pustaka

Soekadijo,R.G.1993. Logika Dasar Tradisional,Simbolik,Induktif. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Karomani. 2012. Logika. Yogyakarta:Graha Ilmu
Finoza, Lamuddin.2008.Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta:diksi



0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com